"Jadi kerusakan bukan karena kesalahan teknis kendaraan, tapi karena BBM sudah rusak. Ini sangat jelas dari hasil ilmiah yang kami terima," ujar Andi.
Tim menyimpulkan, kerusakan BBM bisa terjadi karena berbagai faktor.
Mulai dari penyimpanan terlalu lama, paparan sinar matahari, kelembaban, ventilasi buruk, hingga penambahan aditif yang tidak terukur.
"Penyebabnya kompleks. Tapi yang jelas, ini bukan soal spekulasi, tapi hasil kajian ilmiah berbasis laboratorium," ungkap Andi Harun.
Andi Harun mengatakan laporan resmi dari Pertamina sebelumnya memang menyatakan BBM layak.
Namun, ia mengaku belum bisa menyimpulkan apakah ada kesengajaan atau kelalaian dalam distribusi.
Dalam waktu dekat, ia berjanji akan berkirim surat ke Kementerian ESDM dan Pertamina Pusat mengenai hasil uji lab yang di lakukan pemkot Samarinda.
"Jangan hanya melihat hasil uji dari depot dan SPBU. Kita harus lihat juga kondisi saat BBM sampai di kendaraan. Itu yang paling penting," tutupnya.
(adv)
Tag