“Kompensasi yang nilainya mencapai Rp 3 miliar belum juga diselesaikan,” ujarnya.
Beberapa di antara mereka bahkan terpaksa mencari penghasilan tambahan atau meminjam uang untuk menutupi kebutuhan rumah tangga.
“Teman-teman memiliki tunggakan ada yang belum bayar, bahkan harus menumpang di rumah orang karena tidak ada penghasilan,” tuturnya.
“Kompensasi terlambat ini ada yang harus bekerja menjadi kurir untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kompensasi terlambat, mereka terpaksa meminjam ke teman atau keluarga,” ujarnya dengan nada prihatin.
Ketua Serikat Buruh Samarinda (Serinda), Yoyok Sudarmanto, turut menyuarakan kekecewaannya terhadap ketidakjelasan dari pihak perusahaan. Menurutnya, permintaan maaf saja tidak cukup untuk menyelesaikan masalah ini.
“Permintaan maaf saja tidak membuat kenyang. Buruh sudah cukup lama bersabar dengan janji-janji dari PT SLJ Global Tbk. Selama tiga tahun terakhir, mereka berhutang kompensasi dan selama 11 bulan terakhir, para buruh dirumahkan tanpa kepastian,” kata Yoyok.
Ia menyoroti kurangnya keterbukaan perusahaan dalam mencari solusi pembiayaan, termasuk rencana mengoperasikan kembali pabrik tahun depan yang diragukan karyawan akan mampu menutup bunga pinjaman 5 persen.
Tag