Kemudian pada bagian sayap burung masih terlihat rangka besi, sehingga mengurangi estetika dan jauh dari sempurna. Apalagi, hasil akhir Tugu tidak sesuai dengan sketsa gambar yang dirilis pemerintah Kota Bontang sebelumnya.
“Wajar ribut di media, finishingnya tidak sesuai harapan. Ini disayangkan kalau dikatakan sudah rampung, karena hasilnya masih jauh dari sempurna. Lihat saja catnya belang-belang,” ujarnya belum lama ini.
Menurutnya, proyek tersebut mencerminkan lemahnya perencanaan dan pengawasan dari dinas terkait.
“Yang menjadi sorotan saya adalah perencanaan, manfaat pembangunan, dan pengadaan barang yang tidak direncanakan dengan matang. Sehingga manfaatnya tidak tepat sasaran,” tegasnya.
Sedangkan pihak Pemprov Kaltim masih belum memberikan tanggapannya.
Kepala Dinas PUPR-Pera Kaltim, Aji Muhammad Fitra Firnanda dan Rahmat Hidayat selaku Kepala Bidang Cipta Karya tidak memberikan respon saat dihubungi awak media melalui telepon selulernya.
Sekelumit persoalan tugu di setiap daerah ini tentu diharapkan mendapat perhatian dari Aparar Penegak Hukum (APH). Baik dari jajaran Polda Kaltim maupun Kejaksaan Tinggi Kaltim yang diharap bisa turun tangan untuk mengusut sejumlah kontroversi dari pembangunan tugu yang dikerjakan secara asal-asalan, penggunaan anggaran yang besar, hingga tak mengindahkan penggunaan material ramah lingkungan. (*)
Tag