"Logikanya, kalau BBM-nya yang salah, semua harusnya rusak. Tapi ini ada yang rusak, ada yang enggak. Saya cek beberapa merek, banyak yang rusak juga. Jadi makin bingung. Makanya saya bilang ini virus, dan harus ada solusi nyata. Jangan tunggu semuanya rusak dulu baru bergerak," katanya.
Menanggapi persoalan itu, Sekretaris Daerah Provinsi Kaltim, Sri Wahyuni, mengatakan bahwa pihaknya telah meminta masyarakat menyampaikan keluhan melalui call center resmi nomor 135 Pertamina maupun layanan pengaduan konsumen yang ada di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi (Perindakop) Kaltim.
"Kalau ada kerusakan, laporkan lengkap dengan struk pembelian dan lokasi SPBU. Itu penting untuk penelusuran. Tapi harus dipastikan juga bukan dari BBM eceran seperti di warung-warung, karena itu rentan tercampur debgan bahan lain seperti ari," jelas Sri Wahyuni.
Terkait uji lab, ia menyampaikan bahwa Pertamina sudah lebih dulu melakukan pengujian sebelum BBM dikirim ke Kaltim.
Hasilnya, menurut Sri Wahyuni, sudah diuji oleh pihak ketiga, yakni Sucofindo.
"Pertamina tidak uji sendiri. Mereka lewat pihak ketiga, dan itu yang akan kami minta hasil resminya. Kalau sudah diuji, tinggal kita minta bukti tertulisnya agar bisa disampaikan ke masyarakat sebagai bentuk transparansi," tutup Sri.
