ARUSBAWAH.CO – Keluhan masyarakat Kota Samarinda soal kerusakan motor usai mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax masih terus disuarakan.
Persoalan itu tidak hanya terjadi di satu dua titik, tetapi menyebar secara acak dan meluas di sejumlah SPBU di Kaltim bahkan luar Kalimantan.
Saat diwawancara redaksi Arusbawah.co Abdul Giaz, anggota Komisi II DPRD Kaltim yang akrab disapa Adul, mengakui pihaknya banyak menerima keluhan dari masyarakat.
Ia menyebut, laporan itu tidak hanya berasal dari Samarinda, namun juga dari daerah lain seperti Kalimantan Selatan dan Sulawesi.
"Ini seperti virus. Ada, tapi tidak diinginkan. Acak, tidak di satu titik, dan menyebar luas. Ini bukan kemauan bersama, tapi seolah terjadi begitu saja," ujar Adul saat diwawancarai, Senin (8/4/2025).
Namun ketika ditanya soal data valid, Adul mengaku belum memiliki bukti teknis.
Ia hanya mengandalkan laporan masyarakat dan hasil pantauan langsung di lapangan, termasuk saat sidak bersama Gubernur Kaltim beberapa waktu lalu.
"Kita kemarin sidak sama pak Rudy Mas'ud, yang dicek itu kandungan air, ternyata tidak ada. Tapi saat saya ambil sampel langsung dari motor warga yang rusak, saya cium baunya seperti tinner. Saat dicek di POM, ternyata baunya memang sama. Tapi lagi-lagi, kita keterbatasan laboratorium yang menjadi kendala besar," katanya.
Adul mengungkapkan bahwa upaya pengujian di laboratorium belum bisa berjalan maksimal.
Laboratorium yang ada seperti Sucofindo hingga kini belum bisa memberikan hasil pasti terkait kandungan BBM yang dipermasalahkan.
"Rencana sih sudah dari kemarin mau dibawa ke lab. Tapi labnya lagi tutup, Sucofindo itu lab yang paling besar di Indonesia pun belum bisa mengidentifikasi kandungan pastinya. Kalau ada lab yang bisa bantu, kita terbuka. Unmul, Poltek, atau siapa saja," imbuhnya.
Selain soal teknis BBM, Adul juga menyoroti buruknya pelayanan pengaduan yang disediakan Pertamina.
Warga harus merogoh pulsa telpon sendiri untuk melaporkan keluhan, padahal mereka sudah dirugikan secara materi.
"Sudah kena BBM rusak, masa masih disuruh bayar pulsa untuk telpon call center? Saya minta nanti RDP di hari Rabu, Pertamina bisa sediakan bengkel gratis di beberapa titik SPBU. Setidaknya di utara, selatan, dan tengah kota. Supaya kalau motor rusak, bisa langsung ditangani," tegas Adul.
Ia juga mengakui masih ada kebingungan mengenai penyebab pastinya.
Beberapa jenis motor rusak, tapi ada juga yang tidak terdampak sama sekali, meski mengisi BBM dari tempat yang sama.
"Logikanya, kalau BBM-nya yang salah, semua harusnya rusak. Tapi ini ada yang rusak, ada yang enggak. Saya cek beberapa merek, banyak yang rusak juga. Jadi makin bingung. Makanya saya bilang ini virus, dan harus ada solusi nyata. Jangan tunggu semuanya rusak dulu baru bergerak," katanya.
Menanggapi persoalan itu, Sekretaris Daerah Provinsi Kaltim, Sri Wahyuni, mengatakan bahwa pihaknya telah meminta masyarakat menyampaikan keluhan melalui call center resmi nomor 135 Pertamina maupun layanan pengaduan konsumen yang ada di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi (Perindakop) Kaltim.
"Kalau ada kerusakan, laporkan lengkap dengan struk pembelian dan lokasi SPBU. Itu penting untuk penelusuran. Tapi harus dipastikan juga bukan dari BBM eceran seperti di warung-warung, karena itu rentan tercampur debgan bahan lain seperti ari," jelas Sri Wahyuni.
Terkait uji lab, ia menyampaikan bahwa Pertamina sudah lebih dulu melakukan pengujian sebelum BBM dikirim ke Kaltim.
Hasilnya, menurut Sri Wahyuni, sudah diuji oleh pihak ketiga, yakni Sucofindo.
"Pertamina tidak uji sendiri. Mereka lewat pihak ketiga, dan itu yang akan kami minta hasil resminya. Kalau sudah diuji, tinggal kita minta bukti tertulisnya agar bisa disampaikan ke masyarakat sebagai bentuk transparansi," tutup Sri.
