ARUSBAWAH.CO - Di balik kesibukannya sebagai pegawai kelurahan di Sempaja Barat, Isman Wahyudi (53) seorang pria asal Kota Samarinda menyimpan keahlian tak biasa yakni pijat tulang belakang dengan teknik kretek-krretek.
Teknik yang awalnya lahir dari pengalaman pribadi ini, kini jadi layanan terapi alternatif yang banyak didatangi warga Kota Samarinda bahkan luar kota.
Bukan dari bangku akademik, Isman mengaku mulai belajar teknik pijat ini sejak ia sendiri mengalami gangguan serius pada tulang belakangnya pada tahun 2004.
Ia didiagnosis mengalami TBC tulang dan sempat menjalani operasi besar.
“Sakit parah waktu itu, 2004, setelah pulang umroh malah tambah parah. Ada cairan keluar dari tulang belakang. Operasi, disedot, cairannya sampai literan. Sampai tulangnya jadi lunak, bisa bengkok ke kanan ke kiri,” cerita Isman saat bercerita kepada wartawan Arusbawah.co, di kantornya pada, Selasa (8/4/2025).
Usai pulih dari sakit itu, Isman mulai peka terhadap orang yang mengalami keluhan serupa yang pernah ia alami.
Ia secara spontan mulai memijat rekan atau kerabat yang mengeluh sakit pinggang.
Tak disangka, banyak yang merasa terbantu dengan terapinya.
“Orang-orang mulai bilang, ‘Pak, kok sembuh ya setelah dipijit?’ Saya coba terus, dan makin yakin kalau teknik ini ada hasilnya,” lanjutnya.
Pada awalnya, kegiatan memijat hanya dilakukan Isman secara informal di sela-sela pekerjaannya sebagai karyawan di salah satu perusahaan tambang di Kaltim.
Namun permintaan terapi yang terus meningkat memaksa ia membuka layanan terapis dari rumah.
Baru pada 2015, ia membuka praktik di rumahnya yang berada di Jl. RE. Martadinata Gg Mawar No. 9, Teluk Lerong, Kota Samarinda.
“Dulu malam saya masih dipanggil-panggil ke rumah pasien. Tapi mulai 2015 saya putuskan buka di rumah, walau masih sederhana. Pas COVID sempat sepi, karena orang takut disentuh,” ujarnya.
Namun pandemi justru membawanya ke titik balik.
Selama masa Covid, Isman aktif belajar dari berbagai sumber daring, termasuk teknik terapi dari India, Uzbekistan, dan Thailand.
Ia juga mulai mempelajari konsep terapi dari tokoh internasional seperti Chris Leong.
“Selama COVID, saya ikut pelatihan online. Ada juga yang dari Prancis, saya ikuti walau bahasanya nggak paham, gerakannya saya hafalin,” ungkapnya.
Tag