“Kami tidak bisa menyimpulkan penyebab kerusakan tanpa bukti fisik. Beberapa filter dibawa sudah dalam kondisi dicuci, jadi tidak bisa kami analisa. Privasi pelanggan juga jadi kendala,” kata Eko.
Namun, Eko memastikan, jika terbukti bahwa kerusakan disebabkan oleh BBM Pertamina, maka pihaknya siap bertanggung jawab.
Bahkan, di beberapa daerah lain, pihaknya telah mengganti kerusakan jika kesalahan SPBU terbukti.
“Kami tidak lepas tangan. Tapi sampai hari ini belum ada bukti bahwa BBM kami penyebab utama. Itu yang jadi masalah,” tuturnya.
Mendengar jawaban tersebut, Ayub tampak tak puas.
Ia menuding Pertamina cuci tangan.
Ia menekankan bahwa Pertamina bukan hanya bertanggung jawab secara teknis, tapi juga moral dan hukum.
“Jangan sampai masyarakat yang rugi harus bertempur sendirian. Negara harus hadir. Kalau bisa, kita boikot saja Pertamina di Kaltim. Sudah monopoli, tapi layanannya menyiksa,” tandasnya.
Ayub juga mendesak pemerintah daerah dan DPRD bersurat langsung ke Kementerian ESDM untuk membuka keran masuknya perusahaan selain Pertamina ke Kaltim
Tujuannya agar masyarakat punya alternatif untuk membeli BBM selain di pertamina.
“Kalau Pertamina terus begini, kita butuh kompetitor. Ini sudah tidak sehat. Jangan sampai rakyat dimiskinkan hanya karena membeli bensin,” pungkasnya.
Tag