ARUSBAWAH.CO - Industri sawit saat ini dikatakan masih jauh dari kata ieal.
Serikat-serikat buruh, pejuang agraria dan kelompok sipil yang tergabung dalam Jaringan Solidaritas Transnasional Buruh Sawit (Transnational Palm Oil Labour Solidarity Network/ TPOLS) menggambarkan kondisi yang terjadi pada industri serta buruh perkebunan sawit sepanjang tahun 2024.
Rizal Assalam sebagai Koordinator TPOLS menyampaikan hasil catatan Jaringan TPOLS yang menunjukkan terdapat enam ciri khas industri perkebunan sawit yang merusak.
Temuan-temuan ini masih relevan dengan adanya kumpulan kasus yang ditemui pada tahun 2024 ini.
Pertama, adalah kondisi kerja yang buruk terkait upah rendah, lalu ada eksploitasi berdasarkan gender dan kondisi kerja mematikan, cacat sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan proses audit yang dimanipulasi, serta ekspansi perkebunan sawit, pertanian kontrak/ plasma, dan konflik tanah.
"Selain itu, ada pula soal penggunaan kekerasan berlebihan oleh aparat keamanan, dan ketidakbebasan berserikat dan pemberangusan serikat," ucap Rizal Assalam dalam keterangan tertulis kepada redaksi Arusbawah.co.
TPOLS menilai, tidak adanya perlindungan terhadap buruh kebun ini diakibatkan oleh regulasi nasional yang buruk.
“UU Cipta Kerja telah memperkokoh praktek eksploitatif di perkebunan dengan memberikan landasan hukum yang membenarkan perekrutan buruh kasual/ musiman dengan upah satuan hasil dan satuan hari kerja,” ujar Damar Panca Sekretaris Jenderal Konfederasi
Tag