“Kembali seperti di awal, kami melayani dan merespon kemauan anak-anak, jika para murid meminta pelaksanaan perpisahan di sekolah malahan kami senang, namun masalahnya ini asalnya permintaan dari para murid kita,” jelasnya.
Ditanya soal apakah para siswa ini telah diminta untuk mengisi iuran perpisahan, Sri Hartono jelaskan bahwa pihak sekolah belum melakukannya karena masih dalam tahap wacana karena waktu perpisahan sekolah masih lama.
“Kalau wacana tetap ada, terkadang mereka minta mendadak jadi kami segera untuk mencarikan tempat seperti hotel maupun sejenisnya, karena biasanya hotel ini banyak dibooking oleh sekolah-sekolah lain dalam acara serupa. Jika tidak terpenuhi karena para siswa ini sudah merasa bayar dan tidak mendapatkan hotel yang bagus atau sesuai permintaan mereka maka kami yang akan kena dari para siswa ini,” terangnya.
Sri Hartono pun ungkap, dirinya tak keberatan jika memang dari pihak ortu siswa ada yang merasa terbebani dengan rencana perpisahan di luar sekolah yang diajukan oleh para siswa/i itu.
“Dan perlu diketahui, kami sangat senang diberi hak jawab seperti ini jika ada pihak yang merasa keberatan dari pihak orang tua murid maka dapat bertemu dengan kami. Akan berikan penjelasan kepada mereka,” tutupnya.
Sebelumnya, tim redaksi mendapatkan informasi dari pihak yang tak ingin diliput identitasnya, soal agenda perpisahan di SMK N 8 Samarinda itu. Dalam penjelasannya, pihak tersebut menjelaskan dirinya sudah diminta untuk menabung dalam agenda perpisahan sekolah yang akan datang pada tahun 2025 itu. (dil)
Tag