Selain kekhawatiran terjadi duplikasi pada kerjasama bilateral dengan China, proyek-proyek yang didanai pemerintah dan swasta China di Indonesia menimbulkan berbagai persoalan terutama segi lingkungan hidup dan tenaga kerja, ini masih menjadi pekerjaan rumah yang belum diselesaikan.
Kecelakaan kerja yang terjadi di IMIP berulang kali menunjukkan standarisasi dan pengawasan proyek investasi China masih lemah.
Padahal Indonesia ingin meningkatkanya nilai tambah komoditas secara berkualitas, yang berarti wajib selaras dengan investasi yang lebih berkualitas.
Diversifikasi asal investasi yang bisa membantu Indonesia naik kelas merupakan strategi utama.
“Ketergantungan pada China juga membuat perekonomian lebih rapuh. Disaat ekonomi China diproyeksikan menurun 3,4% dalam 4 tahun kedepan berdasarkan World Economic Outlook IMF, terdapat kekhawatiran dengan bergabungnya Indonesia ke BRICS justru melemahkan kinerja perekonomian. Kondisi ini idealnya direspon dengan penguatan diversifikasi negara mitra diluar China bukan malah masuk menjadi anggota BRICS” lanjut Bhima.
Muhammad Zulfikar Rakhmat, Direktur China-Indonesia Desk, CELIOS juga menyampaikan “Hingga saat ini belum ada urgensi Indonesia untuk bergabung dengan grup ekonomi BRICS mengingat keberadaan China dalam grup tersebut dikhawatirkan mempengaruhi independensi Indonesia dalam bersikap di berbagai isu krusial. Salah satunya merespon manuver China di kawasan Laut China Selatan.” tutur Zulfikar.
Tag