Dalam acara kemah Presiden Joko Widodoakan ada syukuran dan ritual adat istiadat untuk menyambut pembangunan IKN Nusantara
SAMARINDA, Arusbawah.co - Presiden Joko Widodo dijadwalkan kemah dilokasi IKN pada 13-14 Maret 2022. Dalam kemah tersebut akan mengundang seluruh gubernur se Indonesia. Namun tidak semua ikut berkemah, diagendakan hanya lima gubernur dari Kalimantan.
Sarana dan prasarana penunjang kemah sudah dipersiapkan. Mulai dari jaringan listrik, telekomunikasi, tenda hingga perlengkapannya yang akan dipakai presiden menginap.
Gubernur yang hadir dalam acara kemah tersebut diharuskan membawa tanah dan air yang dianggap sakral dari daerah masing-masing. Sebab selain ada arahan dari presiden Jokowi pada seluruh gubernur, dalam acara tersebut juga akan ada syukuran dan melakukan ritual adat istiadat untuk menyambut pembangunan IKN Nusantara.
"Seluruh gubernur disuruh bawa air dan tanah. Air satu liter dan tanah sekitar 2 kilogram, nantinya akan disatukan dalam kendi. Agendanya itu hari Senin,"kata Kepala Biro Administrasi Pimpinan Setda Prov Kaltim HM Syafranuddin sesuai pesan Protokol Istana pada Jumat (11/03/2022).
"Jadi masing-masing gubenur memasukkan tanah dan air ke dalam kendi itu. Jadi nama kendinya, Kendi Nusantara,"
"Kendinya besar, saya lihat terbuat dari tembaga. Nanti kendinya disimpan di lokasi,"sambungnya lagi.
Air dan Tanah Dari Kaltim Diambil Dari Kutai Lama dan Paser
Kaltim sendiri rencananya akan mengambil air dan tanah dari Kutai lama dan Paser. Sebab wilayah IKN Nusantara ini sebagian berada di wilayah Kesultanan Kutai dan Kesultanan Paser.
"Jadi itu simbol mewakili Kesultanan yang ada di Kalimantan Timur,"jelas Ivan.
Ivan menjelaskan pengambilan air dan tanah itu karena dilihat dari sisi sejarah. Kutai Lama misalnya, dalam catatan sejarah telah menjadi pusat Kerajaan Kutai Kertanegara selama 4 abad sejak tahun 1300 sebelum berpindah ke Jembayan dan terakhir di Tenggarong.
Selain itu, Kesultanan Kutai Kartanegara, sebelum melakukan Erau terlebih dulu mengambil air dari Sungai Kutai Lama, kemudian dibawa ke Keraton untuk digunakan dalam berbagai prosesi Erau.
“Ritual Ngalak Air mengandung pesan filosofis agar selalu mengingat asal-muasal nenek moyang dan mempertahankan kearifan leluhur yang diwariskan. Meski Ibu Kota Kesultanan Kutai berpindah ke Tenggarong. Namun keluarga Kesultanan Kutai tetap menganggap Kutai Lama sebagai kampung halaman dan asal-usul nenek moyang mereka,” kisahnya.
Untuk pengambilan air di Kutai Lama ini, Ivan menerangkan sudah berkoordinasi dengan Pemkab Kukar dan segera melakukan koordinasi dengan Kesultanan Kutai Kartanegara, Camat serta Kepala Desa Kutai Lama.
“Biasanya untuk mengambil air Tuli ini, dibawa kelengkapan ritual seperti beras wija kuning, wijen hitam yang dicampur dupa, air tepong tawar, arang yang membara, kembang, dan beberapa butir telur. Namun untuk kegiatan IKN, ini bisa disederhanakan namun tidak mengurangi maknanya,” terang pria yang besar di Tenggarong ini.
(Tim Redaksi Arusbawah.co)