Dari jumlah tersebut, 519 kendaraan telah diperbaiki, namun sebagian besar masih rusak karena biaya perbaikan yang tidak terjangkau.
“Kami beli BBM dengan harga normal, tapi kualitasnya buruk. Setelah itu, kami harus bayar lagi untuk perbaikan. Dua kali rugi,” kata Ifan.
Ifan juga mengkritik respons pihak Pertamina yang dianggap tidak jelas soal aduan pelaporan.
Laporan yang diajukan ke call center 135 Pertamina hanya meminta struk pembelian, namun tetap mempersulit para driver.
“Kalau hasil uji lab menyatakan BBM-nya normal, berarti kami yang dianggap bohong? Lalu siapa yang akan ganti kerugian kami?” tanya Ifan.
Sementara itu, Erwin, seorang mekanik dan pemilik salah satu bengkel motor di daerah Sambutan, memperkuat dugaan kerusakan motor akibat BBM.
Sejak beberapa hari sebelum Lebaran, Erwin mendapatkan banyak motor yang brebet, hilang tenaga, atau mati mendadak.
Menurutnya, kerusakan itu sering terjadi pada motor berteknologi injeksi.
Setelah diperiksa, ia menemukan zat kental mirip jeli yang menyumbat filter bahan bakar, mengganggu aliran BBM.
Tag