Arus Politik

Catatan Pilgub Kaltim (Lanjutan II) Zona Kukar: Unexpected, Unpredictable and Silent Work

Selasa, 3 Desember 2024 8:19

Husni Fahruddin/ IG @mhf_official_

ARUSBAWAH.CO - Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kaltim telah selesai, terlepas adanya Perhitungan Suara Ulang (PSU) di beberapa TPS Kabupaten dan Kota, namun karena interval suara lebih dari 10% antara 01 Isran-Hadi dan 02 Rudy-Seno, terlampau jauh, sulit untuk membalik keadaan tersebut.

Apakah kemudian persoalan sengketa pemilu lainnya seperti money politic, dapat membatalkan kemenangan Rudy-Seno, ini tentu saja perlu pembuktian yang akhirnya harus berujung pada terstruktur, massive dan sistemik.

Pun, tindak pidana pemberian uang untuk memilih paslon tertentu terindikasi dilakukan oleh simpatisan kedua belah pihak, sebab tim hukum keduanya juga sedang menyiapkan laporan tersebut.

Secara hukum, pembuktian money politics ini, tidak bisa membuktikan keterlibatan paslon, bahkan tidak ada tim pemenangan resmi yang terlibat secara sah (maksudnya sah itu ada bukti otentik).

Teknik follow the money pun pasti terputus, tidak jelas itu uang asalnya dari mana. Bisa saja inisiatif seseorang yang menyukai paslon tertentu, kalau sudah cinta, tai pun rasa coklat, uang pun tiada berguna, pasti diberikan untuk orang yang dicinta. Tentu saja tanpa sepengetahuan orang yang dicinta.

Hebatnya masyarakat Kaltim ini, perbedaan sedalam apapun, pasti diselesaikan melalui jalur hukum.

Urusan sengketa pemilu dan hukum biarlah Bawaslu dan Aparat Penegak Hukum (APH) yang memeriksa dan memutuskan, kita manut saja.

Kembali ke laptop, persoalan berbaliknya suara, sesuai judul, di luar dugaan, di luar prediksi dan ini pasti kerja-kerja senyap yang cerdas.

Sebelum menganalisis suara di Kota Samarinda (simak di tulisan lanjutan ke 3), telisik dulu fenomena politik di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).

Dari 20 kecamatan, kalau dipilah-pilah maka zona pesisir adalah zonanya dua para cawabup, yakni Rendi Solihin dan Ahmad Jais, zonasi tengah yang dibagi menjadi wilayah asal transmigrasi (luar Kaltim khususnya Jawa) adalah zonanya Alif sedangkan wilayah tengah lainnya sampai ke hulu Mahakam adalah wilayah Edi Damansyah, Dendi Suryadi dan Awang Yakub.

Sebagai petahana, Edi diprediksi dapat dominan di daerah hulu Mahakam, infrastruktur dan suprastruktur politik telah terbangun dengan baik, buktinya PDIP dapat menguasai di Pileg.

Namanya juga kepala daerah, tentu selangkah lebih maju, mungkin berulang langkah telah jauh di depan.

Battle Zone terpusat di Kecamatan Tenggarong dengan suara paling besar. Tenggarong adalah kota yang dihuni kaum pelajar, ASN, dan pedagang.

Kota ini sulit untuk diintervensi Edi, sosok petahana ini tidak populer karena secara umum dianggap opposite direction dengan Rita Widyasari.

Salah satu faktor keberuntungan Edi manakala APBD Kukar yang meningkat besar, Rp 14 Triliun lebih, sehingga bisa menjalankan hal yang tidak bisa dijalankan bupati sebelumnya.

Pembangunan fisik dan manusia menjadi meningkat, ini faktor X yang membuat Edi dominan. Banyak proyek maka banyak orang yang bekerja dan diuntungkan, urusan perut mengalahkan segalanya. Follow the "perut".

“Tenggarong” diprediksi milik Dendi, kok bisa? Mari kita diskusikan.

Jendral bintang dua ini, muncul di kancah perpolitikan Kukar secara mendadak dan uniknya langsung didukung oleh KIM Plus (mungkin karena minimnya tokoh yang bisa dimunculkan), namun, faktor waktu yang singkat ini adalah kunci dari kegagalan DEAL, beneh-beneh pendak leh waktunya (bahasa Kutai).

Tag

MORE