Dampaknya bisa berakibat pada terganggunya aktivitas akademik di Fakultas Farmasi.
Dosen-dosen yang diusulkan pindah selama ini berperan besar dalam penelitian dan bimbingan tugas akhir mahasiswa.
Mahasiswa khawatir pemindahan ini akan mengurangi jumlah dosen pembimbing dan menyebabkan beberapa mata kuliah tidak memiliki pengajar yang kompeten.
Di sisi lain, kondisi seperti itu tidak terjadi di universitas lain.
Fakultas Farmasi di ITB, UI, dan UGM tetap mempertahankan dosen dengan latar belakang ilmu berbeda seperti kimia dan biologi.
Namun, saat dihubungi redaksi Arusbawah.co melalui telpon, Dekan Fakultas Farmasi Unmul, Hadi Kuncoro, membantah bahwa itu adalah pemindahan paksa.
Ia menyebutnya sebagai penataan homebase agar sesuai dengan bidang keilmuan masing-masing dosen.
"Ini bukan mutasi, hanya penyesuaian homebase. Dosen yang tidak memiliki latar belakang farmasi dipindahkan ke fakultas yang lebih sesuai dengan keilmuannya," ujar Hadi saat diwawancara, Jumat (28/03/2025) siang.
Hadi mencontohkan bahwa sebelumnya ada 11 dosen gizi yang dipindahkan ke Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dan tidak ada masalah.
Ia heran mengapa kali ini ada penolakan dari 13 dosen itu.
Menurutnya, enam dari 13 dosen sudah diterima di fakultas lain, seperti Fakultas Ekonomi dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
Sementara, tujuh dosen lainnya masih menunggu keputusan Rektor Unmul.
"Salah satu dosen yang diusulkan pindah adalah Pak Junaidin. Beliau S1, S2, dan S3 ekonomi, tapi mengajar di farmasi. Kira-kira cocok enggak?" tegas Hadi.
Hadi juga menjelaskan bahwa perubahan kurikulum terjadi karena adanya Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023.
Regulasi baru itu mengharuskan lulusan S1 Farmasi untuk melanjutkan ke program profesi apoteker agar bisa bekerja sebagai tenaga farmasi.
Tag