“Nanti yang sering kita gembar-gembor kan tentang generasi Emas 2045 atau generasi Cemas 2045 karena kita berikan warisan ke anak cucu kita lingkungan hidup yang kian rusak secara masif , air kotor, udara kotor , jalan rusak, dan lain-lain,” tambahnya.
Transformasi ekonomi ini harus diikuti dengan perbaikan infrastruktur, baik fisik maupun digital, untuk mendukung sektor-sektor baru. Purwadi menyebutkan, kondisi jalan yang masih banyak rusak dan kualitas internet yang belum merata menjadi penghalang besar bagi kemajuan Kaltim.
“Kita harus membenahi infrastruktur fisik dan digital untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Jika ingin mengembangkan pariwisata internasional, kita perlu menyiapkan infrastruktur yang mendukung,” tambahnya.
Selain diversifikasi ekonomi, Purwadi juga menyoroti tingginya biaya transportasi di Kaltim, terutama harga tiket pesawat yang mahal. Hal ini dianggap menghambat mobilitas dan berdampak pada lesunya sektor pariwisata.
“Ya kita tahu, tiket pesawat ke Kaltim sangat mahal. Ini juga mempengaruhi kunjungan wisata ke sini. Oleh sebab itu, pemerintah harus mencari solusi agar wisatawan lebih mudah datang,” katanya.
Di samping itu, masalah kemiskinan yang masih tinggi menjadi pekerjaan rumah lainnya bagi gubernur yang akan datang.
Dari total populasi sekitar 4 juta jiwa, 231 ribu jiwa masih hidup di bawah garis kemiskinan. Purwadi menyarankan agar pemerintah menggunakan standar kemiskinan yang lebih relevan, mengingat biaya hidup di Kaltim tergolong tinggi.
Purwadi juga menyoroti potensi besar APBD Kaltim yang menjadi terbesar kedua di Indonesia setelah DKI Jakarta. Dengan total APBD 2023 se-Kaltim mencapai Rp 76 triliun, ia berharap anggaran ini dapat dikelola lebih proporsional untuk kesejahteraan masyarakat.
Tag