ARUSBAWAH.CO - Sebuah kecelakaan speedboat tragis terjadi di perairan Kinabasan, Sei Menggaris, Kelurahan Nunukan Barat.
Tomi (39) sapaan akrabnya, salah satu korban asal Nunukan Barat, berhasil selamat meski menghadapi kondisi yang sangat sulit.
Peristiwa nahas itu terjadi ketika speedboat yang mereka tumpangi terbelah menjadi dua akibat dihantam ombak besar.
Para penumpang pun terjatuh ke laut, termasuk Tomi yang harus berjuang bertahan hidup di tengah gelombang.
Tomi mengungkapkan detik-detik menegangkan saat insiden itu terjadi.
"Saat itu speedboat tiba-tiba terbelah dan kami terjatuh ke air. Saya langsung berusaha untuk berenang, meski saya hanya bisa mengandalkan tangan kiri saya, karena tangan kanan saya ada tulang yang lepas sejak 16 tahun yang lalu saat kecelakaan sepeda motor," ungkapnya dengan ekspresi tak menyangka.
Meski memiliki keterbatasan fisik, Tomi tetap berusaha bertahan di tengah laut.
"Saya hanya bisa mengayuh dengan tangan kiri, sambil memegang sandal jepit yang saya bawa. Itu semua saya lakukan agar bisa bertahan lebih lama di air," katanya.
Keberuntungan berpihak kepadanya.
Sekitar sepuluh menit setelah kejadian, bantuan datang dan menyelamatkan mereka.
"Alhamdulillah, saya bisa diselamatkan. Kalau tidak ada yang datang, mungkin saya sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi," tambahnya dengan lega.
Meski selamat tanpa luka, Tomi mengaku sangat kelelahan setelah insiden itu.
Namun, ia tetap merasa bersyukur bisa lolos dari kecelakaan yang begitu mengerikan.
"Ini benar-benar pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan," ujarnya.
Sementara itu, sebelum kecelakaan terjadi, ibunda Tomi mengaku sempat merasakan firasat buruk.
Perasaan tidak enak muncul secara tiba-tiba, membuatnya merasa seperti ada sesuatu yang akan terjadi.
"Pada pagi hari itu, jantung saya berdetak seperti ada yang aneh. Saya merasa seperti ada peri adat yang memberi peringatan, seolah ada bahaya yang akan datang," ungkapnya.
Perasaan khawatir itu mendorongnya untuk melakukan sesuatu.
Ia mengambil sapu dan mulai membersihkan rumah sambil membaca doa tolak bala.
"Saya terus berdoa agar keluarga saya dijauhkan dari segala marabahaya. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi saya merasa harus melakukan itu," tambahnya.
Kini, setelah semuanya berlalu, ibu Tomi semakin yakin bahwa firasatnya bukan sekadar kebetulan.
"Alhamdulillah, anak saya selamat. Mungkin doa saya dikabulkan dan itu menjadi pelindung untuk kami," katanya dengan haru. (wan)