Di sektor sumber daya manusia (SDM), sudah ada Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) yang direkrut untuk memimpin satuan pelayanan ini.
Namun, memiliki SDM saja tidak cukup jika infrastruktur dan bahan bakunya tidak tersedia.
“Kita bicara mulai dari sumber daya manusia, kita sudah ada. Tapi kalau dapurnya belum siap, bahan pangannya belum ada, ya percuma,” kata Tigor.
Ia menilai, salah satu kendala utama adalah ketersediaan bahan pangan, terutama sayur-mayur.
Saat ini, mayoritas sayur-mayur yang dikonsumsi di Kaltim masih bergantung dari Provinsi Jawa dan Sulawesi.
Jika program MBG berjalan penuh, maka setiap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) akan membutuhkan 300 kilogram sayur sekali masak untuk 3.000 anak.
“Kalau langsung 400 satuan pelayanan aktif, itu butuh 1.200 ton sayur. Wah, itu dari mana datangnya?” ujar Tigor.
Artinya, Kaltim harus mempersiapkan rantai pasokan yang kuat agar tidak bergantung dari luar daerah.
Tag