ARUSBAWAH.CO - Rektor Universitas Mulawarman (Unmul) Abdunnur mengungkapkan adanya permintaan pemanfaatan lahan untuk kawasan pertambangan pada Labolatorium atau Kebun Percobaan Fakultas Pertanian di Desa Karang Tunggal, Tenggarong Seberang oleh pihak ketiga.
Permintaan itu langsung ditindaklanjuti Unmul dengan melakukan konsultasi ke Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristekdikti) untuk meminta arahan sesuai aturan yang berlaku.
Hal itu disampaikan, Abdunnur saat dihubungi melalui pesan Whatsapp oleh redaksi Arusbawah.co pada, Rabu (16/4/2025).
"Unmul tidak mengusulkan kerja sama, tapi melakukan konsultasi dan meminta asistensi. Karena kerja sama pemanfaatan aset BLU seperti ini merupakan kewenangan Kementerian Keuangan melalui PK-BLU, kami juga berkonsultasi dengan Biro Keuangan dan BMN di Kemendikbudristek," kata Abdunnur
Menurutnya, sejak 2024 lalu Unmul sudah bersurat ke kementerian untuk meminta asistensi.
Tujuannya agar jika kerja sama itu diperbolehkan, prosesnya benar-benar sesuai prosedur hukum dan regulasi yang mengikat.
Selain itu, Unmul juga telah berkonsultasi dengan Kementerian Keuangan melalui unit Pengelola Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU), serta ke Biro Keuangan dan BMN Kemendikbudristekdikti.
Meski belum ada perjanjian kerja sama yang ditandatangani, Abdunnur mengakui bahwa telah terjadi rapat pihak Unmul untuk melakukan kegiatan awal berupa penelitian potensi lahan.
"Memang sempat ada pertemuan untuk sounding atau penelitian awal struktur tanah. Itu disepakati bersama dalam rapat yang diikuti oleh Wakil Rektor IV, pengelola aset/BMN, pimpinan Fakultas Pertanian, serta Kepala Laboratorium Kebun Percobaan," jelasnya.
Kemudian, Ia menegaskan, kawasan lab atau kebun percobaan itu bukan hutan lindung.
Namun sekitar lahan itu masuk dalam konsesi perusahaan tambang.
"Oleh karena itu, kami harus berkonsultasi dan mendapatkan arahan dari kementerian mengenai apa yang diperbolehkan dan sesuai dengan aturan," katanya.
Sementara itu, mantan Dekan Fakultas Pertanian Unmul, Rusdiansyah, menyebut bahwa sejak masa jabatannya dulu, sudah muncul rencana tukar guling lahan itu dengan PT Bukit Baiduri Energi (BBE).
“Itu sudah dibahas waktu zaman saya. Karena lahan kita memang masuk dalam konsesi PT BBE. Tapi saya tetap minta fakultas buat tim untuk kaji dulu. Itu kan kebun untuk mahasiswa, untuk pendidikan. Kita harus pertimbangkan semua, mulai dari kerusakan lahan sampai dampaknya ke warga sekitar,” kata Rusdiansyah.
Ia bilang, ada syarat yang dia ajukan kalau lahan itu memang mau ditukar guling.
Menurutnya, lahan itu tidak bisa sembarangan dilepas begitu saja.
Semua fasilitas dan tanaman endemik yang ada di dalam kebun harus diganti di lokasi baru, yang lebih luas.
“Kalau mau tukar, siapkan dulu lahan barunya. Laboratorium, mess, tanaman, semua harus ada dulu. Baru ambil kebunnya. Saya nggak mau ganti rugi. Maunya ganti untung,” ucapnya.
Selama jadi dekan, ia mengaku berusaha keras mempertahankan kebun itu agar tidak diserobot, bahkan saat ada aktivitas pengeboran batu bara di area kebun.
“Itu boring sudah dilakukan di kebun. Mereka sudah survei batu baranya. Saya lawan. Saya tunda terus prosesnya, demi anak-anak mahasiswa,” ujarnya.
Ia bilang, kebun itu sekarang jadi satu-satunya penyangga dari gempuran tambang liar yang makin dekat.
“Kiri kanan sudah bolong semua. Di belakang kebun juga sudah dibuka. Tinggal kebun kita itu penyangganya,” ucapnya.
Menurutnya, laporan soal tambang tanpa izin di area kebun sudah dilakukan sejak 2010 sampai 2021.
Tapi sampai sekarang, belum ada tindak lanjut hukum yang jelas terkait siapa pelakunya.
“Saya laporkan ke Kapolres, tembus ke Kapolda. Dosen Fakultas Hukum juga dampingi saya. Tapi sampai saya lengser, nggak ada kejelasan. Nggak ada tersangka,” jelasnya.
Kebun percobaan seluas 17 hektare itu disebut sudah empat kali diterobos tanpa izin.
Terakhir, lahan dibuka seluas 500 meter persegi dan merusak 75 patok milik kampus.
“Alat berat sudah masuk ke kebun. Itu di sekitar laboratorium. Kita lihat sendiri waktu itu,” kata Rusdiansyah.
Ia menilai, lahan itu tetap dalam posisi rawan, kalau tidak dijaga kuat, lahan itu bisa benar-benar lepas.
“Pasti akan lepas kalau nggak dipertahankan. Kita cuma bisa tunda. Jangan sampai tambang buka lahan seenaknya. Kalau kebun itu terbuka, sedimentasi pasti naik, banjir besar bisa terjadi. Itu buffer terakhir,” katanya.
Ia juga mengungkap bahwa sempat ada tawaran dari pihak luar dengan pola sewa, tapi menurutnya itu sangat merugikan kampus.
“Sewa itu kita rugi berat. Kita yang kena dampak, mereka cuma kasih uang, lalu pergi. Saya nggak mau. Makanya saya bilang, kalau memang serius, tukar guling aja. Tapi syarat saya jelas: lahan pengganti harus lebih luas, lebih siap, dan lebih lengkap,” pungkasnya.
(wan)
