ARUSBAWAH.CO - Kasus penembakan di depan Tempat Hiburan Malam (THM) Crowners Jalan Imam Bonjol, pada Minggu 4 Mei 2025, pukul 04.20 Wita telah menetapkan 10 orang tersangka oleh Kepolisian Resor Kota Samarinda.
Kepolisian memastikan motif utama di balik penembakan brutal itu adalah dendam lama yang belum tuntas.
Kapolresta Samarinda Kombes Pol Hendri Umar mengatakan, pelaku penembakan bukan sekadar eksekutor biasa.
Mereka punya hubungan emosional kuat dengan peristiwa kelam yang terjadi empat tahun silam.
“Kami pastikan ini dendam dari kelompok para tersangka terhadap korban,” tegas Hendri saat diwawancara awak media, Rabu (7/5/2025).
Pernyataan itu diungkapkan setelah kepolisian menahan 10 orang yang terlibat dalam skenario penembakan itu.
Hendri menjelaskan, akar persoalan bermula dari insiden penembakan di Jalan Ahmad Yani pada Juni 2021 silam.
Saat itu satu orang tewas, yang ternyata merupakan teman dekat para pelaku dalam kasus kali ini.
“Jadi ini merunut kejadian tahun 2021. Yang meninggal saat itu adalah salah satu teman dari kelompok pelaku sekarang,” jelas Hendri.
Menurut Hendri, sebagian dari pelaku bahkan punya ikatan keluarga dengan korban tewas pada insiden empat tahun lalu itu.
Motif balas dendam pun tumbuh, bertahun-tahun tersimpan, hingga meledak dalam tragedi di depan THM Crowners.
Kejadian itu dipicu dendam yang akhirnya dilampiaskan dengan peluru yang mematikan.
Korban berinisial DIJ ditembak menggunakan senjata api di sekujur tubuh di kawasan Jalan Imam Bonjol, tepat di depan THM Crowners.
Korban adalah seorang pengusaha asal Jalan Lambung Mangkurat, Samarinda Ilir.
Ia ditembak dari jarak dekat, hanya satu meter, oleh pelaku yang menyamar dengan mengenakan atribut ojek online.
Total ada enam tembakan, lima mengarah ke tubuh korban, satu ke udara sebagai kode mundur bagi pelaku lain.
“Eksekutor awalnya menembak dari atas motor, lalu berhenti dan menembak lagi empat kali ke tubuh korban,” ungkap Hendri.
Setelah menembakkan peluru terakhir ke udara, pelaku langsung kabur bersama kelompoknya.
Lebih lanjut, dalam pra-rekonstruksi yang digelar Rabu 7 Mei 2025, polisi memetakan peran masing-masing pelaku.
Tercatat ada 42 reka adegan yang dilakukan, mulai dari perencanaan hingga eksekusi di TKP.
“Prarekonstruksi ini untuk menggambarkan peran tiap tersangka. Mulai dari pengawas, pengemudi, hingga eksekutor,” kata Hendri.
Rekonstruksi menunjukkan mereka berpindah dari THM Muse yang berada di Jalan Mulawarman ke THM Crowners sebelum melancarkan aksi.
Yang mengejutkan, satu tersangka yang baru ditangkap ternyata merupakan otak dari pembunuhan itu.
“Yang satu ini aktor intelektual. Dia yang mengatur semuanya, dari mengumpulkan hingga mengarahkan pelaku lainnya,” ucap Hendri.
Pelaku utama itu sudah diamankan dan akan segera dirilis ke publik oleh kepolisian esok hari.
Hendri menyebut pelaku utama bukan eksekutor, tapi pemicu seluruh rangkaian aksi berdarah itu yang juga sempat menggegerkan warga Kota Samarinda.
Menurut Hendri, Keterlibatan banyak pelaku menunjukkan pembunuhan itu bukan spontan, melainkan sudah direncanakan dengan rapi.
10 pelaku itu diketahui memiliki peran berbeda, ada yang mengatur jalannya aksi, ada yang memantau dari luar, ada yang standby di mobil, dan lainnya jadi pengintai.
“Sampai saat ini belum ada indikasi mereka dibayar. Motif utamanya karena solidaritas dan balas dendam atas tragedi 2021 yang menewaskan teman mereka,” pungkas Hendri.
(wan)
