Advertorial

Lulusan Kedokteran di Kaltim Perlu Waktu Puluhan Tahun untuk Memenuhi Kekurangan Dokter

Jumat, 8 November 2024 13:29

Andi Satya Adi Saputra/ arusbawah.co

ARUSBAWAH.CO - Anggota DPRD Kaltim Andi Satya Adi Saputra berharap agar Universitas di Kaltim bisa secara simultan memproduksi lulusan terbaik dari fakultas kedokteran untuk mengejar ketertinggalan kuota Dokter.

Kini ada dua universitas yang sudah memiliki fakultas kedokteran, selain Universitas Mulawarman (Unmul) ada juga Universitas Muhammadiyah Kaltim (UMKT).

Namun begitu, dari dua Universitas tersebut perlu waktu puluhan tahun baru bisa menutupi kekurangan dokter di Benua Etam.

Dia menuturkan, Kaltim masih memerlukan sekitar 2.000 dokter. Jumlah ideal dokter jika merujuk pada standar WHO adalah 1:1000 (1 dokter per 1.000 penduduk). Sementara penduduk Kaltim pada pertengahan 2024 sudah sebanyak 4.050.079 jiwa. Kini baru memiliki sekitar 2.000 dokter.

"Sekarang kita punya dua universitas yang ada Fakultas kedokteran, tapi UMKT belum punya lulusan, sementara Unmul setiap tahun kurang lebih meluluskan 100 dokter. Dari kekurangan kita sekitar 2.000 dokter, maka Kaltim perlu waktu bertahun tahun untuk memenuhi kuota,"ungkapnya.

"Kita berharap agar Unmul dan UMKT bisa secara simultan memproduksi lulusan terbaik dari fakultas kedokteran yang mereka miliki,"sambungnya lagi.

Dirinya juga menyoroti soal sebaran dokter yang tidak merata. Pasalnya dari angka sekitar 2.000 dokter itu, 80 persen-nya terkonsentrasi di tiga kota, yaitu kita Samarinda, Balikpapan dan Bontang.

Kondisi ini jelas terjadi ketimpangan ketersediaan dokter di daerah pelosok atau daerah terpencil di Kaltim.

Dia mendorong agar ada kebijakan yang bisa mengurai masalah tersebut.

"Harus ada sebuah aturan seperti kewajiban yang mengatur lulusan terbaik kedokteran tidak ditumpuk di daerah perkotaan. Kalau gak begitu ya sama aja. Harus ada regulasi yang mengatur seperti setelah lulus kembali ke daeranya. Karena tidak semua mahasiswa itu datangnya dari Samarinda dan Balikpapan,"ungkapnya.

Andi Satya Adi Saputra menilai terjadinya ketimpangan distribusi dokter itu karena beberapa faktor. Menurutnya karena fasilitas dan insentif yang didapat di kota jauh lebih menarik. Dia mencontohkan seperti gaji yang lebih tinggi, kemudian rumah dinas, hingga peluang pengembangan karier yang lebih luas.

Lantas bagaimana masyarakat di wilayah terpencil untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan ketersediaan dokter yang memadai.

Dari kondisi tersebut, Andi Satya mendorong agar pemerintah daerah perlu segera mengambil langkah konkret untuk menyelesaikannya.

Sebab mendapatkan layanan kesehatan yang berkualitas adalah hak dasar setiap warga negara tanpa harus memandang satus daerah perkotaan maupun terpencil.

Dirinya pun mencontohkan seperti upaya yang dilakukan Pemkot Bontang masa kepemimpinan Bunda Neni. Kala itu disediakan insentif besar, memicu membludaknya dokter spesialis yang berdatangan.

Menurut Andi Satya, langkah seperti itu mestinya dilakukan pemerintah provinsi sebagai upaya pemerataan tenaga kesehatan di seluruh wilayah Kaltim.

"Karena ini kan urusan piring nasi. Jadi kalau piring nasinya tidak disediakan dengan baik, ini jadi masalah kesejahteraan mereka,"ungkapnya.

Lebih lanjut dia bilang dengan memperhatikan kesejahteraan maka tidak bisa ditawar lagi, dokter itu akan mau meskipun didaerah terpencil.

"Kalau kesejahteraannya terjamin, fasilitas yang bagus, untuk infrastrukturnya menjamin, suasana kerjanya baik, akses jalan ke sana bagus. Apalagi ditambah ada insentif. Jadi memang kalau misalnya itu daerahnya terpencil. Mau tidak mau pemerintahnya harus hadir memberikan intensif lebih. Sepertinya contohnya di Bontang," pungkasnya. (adv)

Tag

MORE