Rahmad juga menyinggung kurangnya ruang terbuka untuk seniman berkarya di Samarinda.
Tirtanegoro Foundation berusaha menciptakan ekosistem seni yang lebih baik melalui pengelolaan profesional.
“Kami coba bikin ruang kelas yang terstruktur, meski berbayar. Misalnya, kelas tari kontemporer dengan pelatih profesional, yang digaji sesuai standar,” jelas Rahmad.
Hal ini bertujuan agar seniman tidak hanya berkarya, tapi juga bisa hidup dari seni.
Selain itu, Tirtanegoro Foundation juga menggagas festival seni dan budaya skala besar seperti Nusantara Literary Festival, yang melibatkan kementerian.
“Kami bayar seniman untuk menjuri dan tampil. Artinya, mereka dihargai,” tambahnya.
Rahmad tak segan mengkritik pemerintah daerah yang menurutnya kurang serius mendukung seni.
Ia menyoroti minimnya data tentang komunitas seni di Kaltim dan ketidaksiapan birokrasi dalam menyediakan ruang bagi seniman.
“Birokrasi itu harusnya tahu ada berapa pegiat seni di daerahnya. Kalau nggak, gimana mau mendukung?” ujarnya.
Namun, ia juga mengkritik seniman yang tidak profesional.
Tag