Arus Terkini

LPPM Unhas Teliti Stunting di Mahakam Ulu, Hadapi Tantangan Sosial dan Logistik

Jumat, 29 November 2024 13:36

Focus Group Discussion Dinkes Mahakam ulu bersama tim LPPM Unhas/ arusbawah.co

ARUSBAWAH.CO - Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Hasanuddin (Unhas) melakukan penelitian terkait stunting di Kabupaten Mahakam Ulu.

Penelitian ini bertujuan memahami dan mengatasi masalah stunting yang menjadi tantangan besar, khususnya di wilayah pesisir dan pedalaman.

Rahma, selaku peneliti dari LPPM Unhas sekaligus dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhaas, menyebut stunting di Indonesia sebagai masalah yang kompleks.

"Stunting tidak hanya terkait kesehatan, tetapi juga dipengaruhi oleh politik, budaya, dan sosial. Di wilayah pesisir, pernikahan dini adalah faktor dominan," jelasnya.

Kemudian, Ia menekankan pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), periode krusial dari kehamilan hingga anak berusia dua tahun.

"Remaja yang menikah dini cenderung memiliki status gizi rendah, memengaruhi pola asuh dan pola makan anak. Intervensi seperti Posyandu Remaja dan tablet tambah darah sangat penting," ujar Rahma.

Lebih lanjut, ia mengatakan penelitian yang dilakukan menggunakan metode kualitatif, melibatkan wawancara mendalam dengan informan kunci seperti bidan, kader posyandu, kepala puskesmas, hingga orang tua balita.

Terkait hal itu, partisipasi masyarakat dalam memahami stunting juga menjadi tantangan utama.

"Di Mahakam Ulu, stigma negatif terhadap stunting masih kuat. Banyak orang tua enggan membawa anak ke posyandu karena takut dicap memiliki anak stunting," ungkap Rahma.

Hal ini, lanjutnya, menghambat upaya deteksi dan penanganan dini.

Rahma menjelaskan bahwa stunting adalah masalah gizi kronis, bukan akut.

"Memberikan makanan saja tidak cukup. Perubahan signifikan hanya bisa dicapai selama 1000 HPK. Setelah anak berusia dua tahun, dampaknya sulit diperbaiki," tambahnya.

Selain tantangan sosial, penelitian ini juga menghadapi hambatan logistik.

"Akses menuju lokasi sulit. Banyak desa hanya bisa dijangkau lewat jalur sungai atau jalan darat yang tidak memadai," jelas Rahma.

Masyarakat Mahakam Ulu, menurut Rahma, sangat menginginkan solusi langsung dari tenaga kesehatan.

"Mereka berharap petugas kesehatan hadir di desa untuk memberikan edukasi dan layanan," ujarnya.

Berdasarkan temuan awal, LPPM Unhas merekomendasikan beberapa langkah strategis.

Pertama, edukasi masyarakat tentang stunting melalui pendekatan budaya lokal.

Kedua, memperkuat peran posyandu dengan melibatkan tokoh masyarakat.

Ketiga, meningkatkan akses layanan kesehatan di wilayah terpencil.

"Intervensi yang tepat sasaran harus dilakukan. Kami berharap penelitian ini dapat menjadi pijakan kebijakan kesehatan yang inklusif," pungkas Rahma.

Terakhir, Rahma melihat dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mendukung penurunan angka stunting nasional. (wan)

Ads Arusbawah.co

 

 

Tag

MORE