Lokasi unjuk rasa di depan Kantor Gubernur dipilih bukan tanpa alasan.
Menurut mereka, gubernur adalah pemegang kuasa tertinggi di daerah, dan harusnya menjadi perpanjangan tangan rakyat, bukan korporasi.
“Kami membawa aspirasi buruh dari banyak sektor, kami ingin Pak Gubernur hadir dan mendengar,” tegas Iqbal.
Ia menyebut aksi ini baru awal dari rangkaian panjang perlawanan.
“Hari ini pencerdasan, besok diskusi publik, 21 Mei kita peringati Reformasi, dan 31 Mei kita nilai 100 hari kerja gubernur. Ini tidak berhenti sampai tuntutan kami dijawab,” lanjut Iqbal.
Unjuk rasa berlangsung damai, namun dijaga ketat aparat keamanan.
Para peserta aksi berharap tidak ada represivitas dalam menyampaikan pendapat.
“Jangan bungkam suara rakyat. Jurnalis, mahasiswa, dan buruh harus dilindungi,” pungkasnya.
(wan)

Tag