Opini

Fenomena Kebangkrutan Startup di Indonesia

Rabu, 29 Januari 2025 4:38

Daniel Mahendra Yuniar/ HO

Startup dengan kepemimpinan yang kurang berpengalaman mungkin kesulitan untuk mengambil keputusan yang bijaksana, terutama dalam situasi yang penuh tekanan.

Selain faktor-faktor di atas, terdapat juga tantangan dari dalam perusahaan itu sendiri, seperti budaya internal yang tidak mendukung pertumbuhan. Budaya yang positif dan mendukung inovasi serta pengembangan individu sangat penting dalam menciptakan tim

yang produktif dan mampu mengatasi tantangan yang ada.

Ketika karyawan merasa tidak didorong atau tidak dihargai, motivasi mereka untuk berinovasi atau bekerja dengan baik cenderung menurun, yang pada akhirnya berdampak pada kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Selain itu, dinamika pasar yang cepat berubah menuntut startup untuk bisa beradaptasi dengan cepat agar tetap relevan. Perusahaan yang tidak dapat mengikuti perubahan tren atau teknologi baru seringkali tertinggal.

Hal ini semakin diperburuk dengan regulasi yang sering berubah dan tuntutan kepatuhan yang ketat, yang bisa membebani startup yang masih dalam tahap pertumbuhan.

Regulasi yang membatasi dapat menambah biaya operasional atau bahkan menghalangi pertumbuhan, terutama jika perusahaan tidak

siap untuk memenuhi kewajiban hukum yang terus berkembang.

Dari semua faktor ini, kita bisa menyimpulkan bahwa meskipun Indonesia memiliki banyak talenta muda yang kreatif dan inovatif, kegagalan yang terjadi pada startup seperti eFishery dan Bukalapak menunjukkan bahwa ada banyak tantangan yang harus dihadapi

untuk mencapai keberlanjutan.

Kegagalan dalam aspek-aspek fundamental seperti pengelolaan keuangan, etika bisnis, strategi yang tidak efektif, serta masalah kepemimpinan dan budaya perusahaan menjadi hambatan utama dalam meraih kesuksesan jangka panjang.

Oleh karena itu, perlu ada perbaikan menyeluruh dalam ekosistem startup Indonesia, baik dari sisi internal perusahaan itu sendiri maupun dari ekosistem yang lebih luas, termasuk pengembangan infrastruktur, pembinaan talenta, serta dukungan dari investor dan kebijakan

pemerintah.

Dengan pendekatan yang lebih matang dan terencana, diharapkan startup di Indonesia dapat berkembang dengan lebih sehat dan berkelanjutan.

Kegagalan dua startup besar seperti eFishery dan Bukalapak, meskipun keduanya sudah berada dalam kategori unicorn, memang memberikan pukulan telak terhadap citra dunia kewirausahaan di Indonesia, khususnya di kalangan anak muda.

Kejadian ini memunculkan pertanyaan yang lebih besar tentang kualitas moral dan profesionalisme para pelaku startup, serta bagaimana kolektivitas bangsa ini tercermin dalam dunia bisnis.

Ketika dua perusahaan besar yang didukung oleh investasi luar negeri dan memiliki potensi besar gagal, banyak yang mulai meragukan kemampuan para pengusaha muda Indonesia untuk mengelola bisnis dengan cara yang sehat dan berkelanjutan.

Ini seolah menjadi cermin dari masalah yang lebih dalam terkait etika kerja, tanggung jawab sosial, dan integritas yang seharusnya menjadi landasan utama dalam membangun sebuah perusahaan.

Dalam konteks kewirausahaan, profesionalisme sangat penting. Tidak hanya terkait dengan kemampuan teknis atau kemampuan mengelola bisnis, tetapi juga dengan sikap dan nilai yang dipegang oleh pengusaha itu sendiri.

Ketika ada masalah terkait manajemen keuangan yang buruk, penipuan, atau salah kelola, hal ini menunjukkan bahwa ada kekurangan dalam aspek profesionalisme, yang mencakup transparansi, akuntabilitas, dan

etika bisnis.

Tag

MORE