Arus Terkini

Bisa Bernapas Lega, 106 Siswa SMAN 1 Mempawah Fix Ikut SNBP! Hasil Turun Tangan Pj Gubernur

Jumat, 7 Februari 2025 7:15

Kolase Foto Demo Siswa SMAN 1 Mempawah dan Pj Gubernur Kalimantan Barat, Harisson (Foto: Arusbawah.co)

ARUSBAWAH.CO - Murid SMAN 1 Mempawah kini bisa bernapas lega setelah dipastikan dapat melanjutkan pendaftaran untuk Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025.

Keterlibatan langsung Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Barat, Harisson, menjadi kunci kelancaran proses tersebut.

Harisson mengirimkan surat kepada Kementerian Pendidikan Tinggi (Kemendikti) dan memerintahkan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalbar untuk segera berkoordinasi dengan pihak terkait di Jakarta.

Koordinasi tersebut berbuah manis, dengan Kemendikti akhirnya menyetujui data yang sebelumnya terkendala untuk dimasukkan dalam Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS).

Dari 113 siswa yang terdaftar, 106 di antaranya telah berhasil menyelesaikan entri data dan kini menunggu finalisasi dari Kemendikti untuk dapat mengikuti SNBP.

Namun, masih ada 7 siswa yang datanya belum lengkap dan sedang dalam proses penyelesaian.

“Data mereka masih belum lengkap dan kami terus berupaya agar bisa segera selesai,” ujar Harisson.

Harisson juga mengingatkan bahwa sanksi disiplin akan diberikan kepada pihak yang terbukti lalai, seperti Kepala Sekolah dan guru operator yang tidak menyelesaikan entri data dan finalisasi nilai Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) dengan tepat waktu.

Dirinya pun menambahkan bahwa Dinas Pendidikan Kalbar akan berkoordinasi dengan Kanwil Depag Kalbar untuk memberikan pembinaan terkait masalah ini di Madrasah Aliyah (MA).

SMAN 1 Mempawah bukanlah satu-satunya sekolah yang menghadapi masalah entri data, menurut Harisson.

"Terkait Madrasah Aliyah (MA), Kadis Dikbud Kalbar akan bekerja sama dengan Kanwil Depag Kalbar untuk memberikan arahan dan pembinaan guna menyelesaikan masalah ini," tegasnya.

Sebanyak 90 sekolah di Kalimantan Barat, yang terdiri dari 40 SMA, 42 SMK, dan 8 Madrasah Aliyah (MA), belum menyelesaikan entri data untuk SNBP.

Ini mencakup sekitar 10% dari total 893 sekolah di Kalimantan Barat.

Harisson juga menyoroti bahwa permasalahan serupa terjadi di provinsi-provinsi lain di Indonesia.

Dari hasil koordinasi dengan Kemendikti, Harisson mengungkapkan bahwa hanya 42,91% atau 21.003 dari total 48.946 sekolah (SMA/SMK/MA) di seluruh Indonesia yang sudah menyelesaikan entri data dan finalisasi nilai pada PDSS.

Kemendikti melalui operator PDSS akan segera menghubungi sekolah-sekolah yang belum menyelesaikan entri data.

Harisson berharap agar semua kepala sekolah dapat mengikuti petunjuk dari operator PDSS dengan cermat untuk mempercepat proses ini.

Diberitakan sebelumnya, ratusan siswa SMAN 1 Mempawah berdemo seraya menggeruduk sekolahnya telah viral di media sosial.

Ratusan siswa SMAN 1 Mempawah di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat itu tampak emosi lantaran masa depannya terganjal kelalaian guru.

Para siswa SMAN 1 Mempawah mengekspresikan kekecewaannya setelah gagal mengikuti Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025 pada Senin (3/2/2025).

Artinya, impian ratusan siswa untuk diterima di PTN favorit pupus sebelum mereka mencoba.

Seperti diketahui, SNBP adalah seleksi masuk PTN tanpa tes berdasarkan nilai rapor semester 1 sampai 5, yang dulunya dikenal dengan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Namun, sebelum para siswa mendaftar, pihak sekolah yakni guru yang ditugaskan harus menginput data serta kelengkapan para siswa eligible.

Sayangnya, guru yang ditugaskan di SMAN 1 Mempawah lalai dalam menginput data, menyebabkan ratusan siswa gagal mengikuti SNBP 2024/2025.

Akibatnya, pada Senin (3/2/2025), ratusan siswa datang berbondong-bondong ke sekolah. Dengan penuh emosi, mereka menangis dan berteriak, meluapkan kekecewaan mereka kepada para guru dan pihak sekolah.

Sosok yang bertanggung jawab terkait penginputan data tersebut adalah Febrini, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMAN 1 Mempawah, Kalimantan Barat (Kalbar), yang kini menjadi sorotan usai ramai didemo siswanya

Kejadian ini berawal dari kelalaian Febrini dalam mengisi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PPDS).

Banyak siswa yang menuntut agar Waka Kurikulum tersebut mendapat sanksi tegas.

Menanggapi hal ini, Febrini pun meminta maaf kepada ratusan siswa dan mengakui kesalahannya. (shi)

Tag

MORE