ARUSBAWAH.CO – Sebanyak 13 dosen Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman (FF Unmul) tiba-tiba diusulkan untuk dipindahkan ke fakultas lain.
Surat permohonan penataan homebase para dosen itu diajukan oleh Dekan Fakultas Farmasi kepada Rektor Unmul pada 14 Maret 2025.
Yang mengejutkan, para dosen yang terdampak mengaku tidak pernah dimintai persetujuan sebelumnya.
Narasumber Arusbawaah.co berinisial J, salah satu dosen yang diusulkan pindah, menilai kebijakan itu bertentangan dengan aturan kepegawaian.
"Kami tidak pernah diajak diskusi. Tiba-tiba ada surat pemindahan tanpa ada koordinasi terlebih dahulu. Ini melanggar aturan BKN dan Permenristekdikti," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (27/3/2025).
Berdasarkan Peraturan BKN Nomor 5 Tahun 2019, pemindahan dosen ASN harus disertai permohonan dari yang bersangkutan.
Namun, dalam kasus itu, 13 dosen yang diusulkan pindah tidak pernah mengajukan permohonan tersebut.
Selain itu, Permenristekdikti Nomor 91 Tahun 2017 menyebutkan bahwa pemindahan dosen harus mempertimbangkan kebutuhan akademik.
Para dosen yang terkena dampak justru merupakan tenaga pengajar yang memiliki keahlian di bidangnya.
Dari 13 dosen tersebut, beberapa adalah pakar dalam kimia organik, kimia analitik, farmasi, dan manajemen.
Salah satunya bahkan merupakan guru besar sekaligus pendiri Fakultas Farmasi Unmul.
"Kami mengajar mata kuliah dasar yang sangat dibutuhkan mahasiswa farmasi. Jika kami dipindahkan, siapa yang akan mengisi kekosongan ini?" lanjutnya.
Pemindahan dosen itu diduga berkaitan dengan perubahan kurikulum di Fakultas Farmasi Unmul.
Namun, perubahan itu dinilai tidak pernah disosialisasikan kepada dosen dan mahasiswa.
"Kami tidak pernah diajak diskusi soal kurikulum baru ini. Tiba-tiba ada kebijakan yang menyatakan kami tidak bisa lagi mengajar," lanjutnya.
Dampaknya bisa berakibat pada terganggunya aktivitas akademik di Fakultas Farmasi.
Dosen-dosen yang diusulkan pindah selama ini berperan besar dalam penelitian dan bimbingan tugas akhir mahasiswa.
Mahasiswa khawatir pemindahan ini akan mengurangi jumlah dosen pembimbing dan menyebabkan beberapa mata kuliah tidak memiliki pengajar yang kompeten.
Di sisi lain, kondisi seperti itu tidak terjadi di universitas lain.
Fakultas Farmasi di ITB, UI, dan UGM tetap mempertahankan dosen dengan latar belakang ilmu berbeda seperti kimia dan biologi.
Namun, saat dihubungi redaksi Arusbawah.co melalui telpon, Dekan Fakultas Farmasi Unmul, Hadi Kuncoro, membantah bahwa itu adalah pemindahan paksa.
Ia menyebutnya sebagai penataan homebase agar sesuai dengan bidang keilmuan masing-masing dosen.
"Ini bukan mutasi, hanya penyesuaian homebase. Dosen yang tidak memiliki latar belakang farmasi dipindahkan ke fakultas yang lebih sesuai dengan keilmuannya," ujar Hadi saat diwawancara, Jumat (28/03/2025) siang.
Hadi mencontohkan bahwa sebelumnya ada 11 dosen gizi yang dipindahkan ke Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dan tidak ada masalah.
Ia heran mengapa kali ini ada penolakan dari 13 dosen itu.
Menurutnya, enam dari 13 dosen sudah diterima di fakultas lain, seperti Fakultas Ekonomi dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
Sementara, tujuh dosen lainnya masih menunggu keputusan Rektor Unmul.
"Salah satu dosen yang diusulkan pindah adalah Pak Junaidin. Beliau S1, S2, dan S3 ekonomi, tapi mengajar di farmasi. Kira-kira cocok enggak?" tegas Hadi.
Hadi juga menjelaskan bahwa perubahan kurikulum terjadi karena adanya Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023.
Regulasi baru itu mengharuskan lulusan S1 Farmasi untuk melanjutkan ke program profesi apoteker agar bisa bekerja sebagai tenaga farmasi.
Dengan integrasi kurikulum itu, beberapa mata kuliah di program apoteker ditarik ke jenjang S1.
Akibatnya, kebutuhan dosen dengan latar belakang farmasi meningkat, sementara kebutuhan dosen dari disiplin ilmu lain berkurang.
"Kami ingin mahasiswa dibimbing oleh dosen yang memang memiliki latar belakang farmasi. Ini untuk meningkatkan kualitas pendidikan," kata Hadi.
Terkait klaim bahwa para dosen tidak pernah dimintai persetujuan, Hadi membantahnya.
Ia mengaku sudah mengundang mereka dalam buka puasa bersama dan diskusi beberapa kali, tetapi tidak pernah dihadiri oleh mereka.
"Kami sudah mengundang dua kali, tapi mereka tidak hadir. Bahkan saat buka puasa bersama, kami coba ajak diskusi lagi, tetap tidak datang," ujarnya.
Ia menyayangkan bahwa polemik ini malah dibawa ke media sebelum ada solusi internal.
"Ini memalukan bagi institusi. Kami baru saja mendapatkan akreditasi unggul, tiba-tiba ada masalah seperti ini," tegasnya.
Hadi juga menekankan bahwa ujian kompetensi apoteker kini bersifat nasional, bukan lagi kewenangan fakultas.
Oleh karena itu, pihaknya ingin memastikan bahwa lulusan farmasi Unmul tetap kompetitif dan berkualitas.
Meski demikian, keputusan akhir tetap berada di tangan Rektor Unmul.
"Kami masih menunggu keputusan Pak Rektor, apakah mereka akan tetap di farmasi atau dipindahkan," tutupnya.
