Arus Politik

Studi CELIOS: 51% Masyarakat Indonesia Percaya China Mampu Memimpin Dunia

Jumat, 15 November 2024 6:54

Presiden Prabowo Subianto dan Xi Jinping/ Foto: IG @chinaxinhuanews

ARUSBAWAH.CO - China-Indonesia Desk, Center for Economic and Law Studies (CELIOS), telah merilis "China-Indonesia Survey 2024".

Survei ini melibatkan 1.414 responden, yang bertujuan untuk memberikan wawasan yang lebih luas terkait dinamika yang berkembang dalam hubungan Indonesia dan China, khususnya pada momen penting setelah transisi kepemimpinan Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto.

Sebagai dua negara dengan pengaruh terbesar di Asia, Indonesia dan China telah menjalin hubungan bilateral yang semakin intensif dalam beberapa dekade terakhir.

Hal ini tercermin melalui kerja sama ekonomi yang signifikan di bawah payung Belt and Road Initiative (BRI), sebuah proyek ambisius yang digagas oleh China.

Negara tirai bambu ini telah mengucurkan dana investasi besar-besaran ke infrastruktur, mineral kritis, energi, dan sektor-sektor penting lainnya.

Meskipun hubungan ekonomi kedua negara sangat kuat, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menyeimbangkan ketergantungan,

kedaulatan, serta isu-isu geopolitik dalam hubungannya dengan China.

Zulfikar Rakhmat, Direktur China-Indonesia Desk di CELIOS, menyatakan bahwa Survei China-Indonesia 2024 menyoroti semakin kompleksnya hubungan Indonesia dengan China.

Dalam survei tersebut, 58% responden menyarankan agar pemerintah Indonesia meningkatkan kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan.

Persentase ini menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dilakukan untuk memperkuat kerja sama kedua negara, khususnya di sektor ekonomi.

Meskipun pemerintah Indonesia mengakui manfaat ekonomi yang signifikan dari China, penting untuk mendorong kerja sama yang saling menguntungkan, sambil tetap menjaga kedaulatan dan kepentingan nasional.

"Semangat Indonesia untuk memperkuat peran di kancah global patut diapresiasi, namun penting untuk terus berhati-hati dalam mengelola kerja sama dengan mitra internasional, terutama terkait masalah ketergantungan yang berlebihan dan potensi pengaruh politik yang

besar," kata Zulfikar.

Selain itu, Bhima Yudhistira, Direktur Eksekutif di CELIOS, juga menyoroti hasil survei mengenai posisi Indonesia di tengah persaingan China-AS.

"Survei ini menekankan pentingnya bagi Indonesia untuk menavigasi posisinya di tengah meningkatnya kompetisi geopolitik. Fakta bahwa 78% orang Indonesia mendukung sikap netral dalam persaingan

AS-China mencerminkan keinginan yang kuat untuk mempertahankan otonomi nasional dalam kebijakan luar negeri. Selain itu, seiring berkembangnya pengaruh China, terutama di sektor investasi dan perdagangan, 51% responden mengungkapkan kekhawatiran mereka

mengenai pengaruh ekonomi China di Indonesia. Hal ini menjadi catatan penting bagi pemerintah Indonesia untuk tetap waspada, memastikan bahwa manfaat ekonomi dari hubungan ini tidak mengorbankan kedaulatan, lingkungan, dan kesejahteraan rakyat," ujar

Bhima.

Bhima juga menambahkan bahwa persepsi publik terhadap proyek infrastruktur China di Indonesia masih problematik.

Sekitar 44% responden menyatakan bahwa proyek infrastruktur China memiliki dampak negatif terbesar terhadap hubungan Indonesia-China.

"Kekhawatiran mengenai infrastruktur ini berkorelasi dengan 43% responden yang setuju bahwa China berperan dalam merusak lingkungan di Indonesia. Hal ini perlu segera diatasi dengan penguatan langkah pengamanan, transparansi, keterlibatan masyarakat, serta

pengalihan insentif fiskal untuk mendorong investasi yang lebih ramah lingkungan," tambah Bhima.

Lebih lanjut, Bhima juga menyoroti peran China dalam isu-isu kawasan dan masalah energi.

"Bagaimana pengaruh China dalam berbagai isu, mulai dari Natuna, Taiwan, hingga Xinjiang diungkapkan dalam survei ini? Sebanyak 66% orang Indonesia masih percaya bahwa China memiliki pengaruh positif secara politik di Indonesia. 51% percaya bahwa China mampu

memimpin dunia."

Selain itu, Yeta Purnama, Peneliti di CELIOS, menyampaikan bahwa "Hasil survei ini mengungkapkan beragam persepsi publik, mulai dari optimisme terhadap potensi ekonomi hubungan China-Indonesia hingga kekhawatiran mengenai degradasi lingkungan dan pengaruh budaya."

"Meskipun China dipandang sebagai mitra penting, terdapat kekhawatiran signifikan mengenai dampak sosial dan lingkungan dari investasi China di Indonesia. Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia untuk terlibat dalam diskusi yang lebih

mendalam dan pembuatan kebijakan yang proaktif untuk memastikan bahwa hubungan masa depan dengan China memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat," katanya.

Terakhir, CELIOS menekankan harapan mereka agar survei ini dapat dilakukan setiap tahun, untuk memberikan wawasan dan mendorong pemahaman yang lebih dalam bagi berbagai pihak, termasuk pejabat pemerintah, peneliti akademik, jurnalis, dan masyarakat umum.

Dengan melanjutkan inisiatif ini, CELIOS yakin bahwa survei ini akan menjadi alat penting dalam memberikan informasi yang lebih baik untuk pengambilan keputusan kebijakan, memperkaya diskursus akademik, dan meningkatkan kesadaran publik mengenai perkembangan hubungan China-Indonesia yang terus berubah.

Selain itu, CELIOS berkomitmen untuk terus memantau, menganalisis, dan memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai dinamika yang berubah antara China dan Indonesia di masa depan, memastikan bahwa penelitian ini tetap menjadi sumber daya utama dalam menavigasi kompleksitas hubungan bilateral ini. (pra)

Tag

MORE