ARUSBAWAH.CO - Di Pilkada Kutai Barat 2024, potensi pertarungan sedarah bisa terjadi.
Selain itu, juga bisa muncul pertarungan antar dua tokoh bupati dua periode, FX Yapan dan Ismadil Thomas.
Tim redaksi merangkum beberapa hal soal Pilkada Kubar 2024 ini.
Diketahui, ada potensi pertarungan sedarah di Pilkada Kubar 2024 itu, dimana dua anak Ismail Thomas, Alexander Edmond dan Frederick Edwin sama-sama mencalonkan untuk maju sebagai bakal calon bupati.
Frederick Edwin, didukung oleh PDI Perjuangan, sementara kakaknya, Alexander Edmond didukung beda partai yakni Perindo, Hanura, dan Nasdem.
Tak hanya itu, jika dilihat lebih dalam lagi, ada hubungan keluarga jauh pula yang terjadi.
Dimana, Sahadi yang merupakan pasangan bakal calon Edmond di Pilkada Kubar 2024, adalah adik dari Ketua DPC PDI Perjuangan Kutai Barat, FX Yapan.
Diteliti lebih jauh, Sahadi memiliki istri yang ternyata adalah kader PDI Perjuangan yang terpilih di kursi DPRD Kaltim, yakni Yonavia.
Soal ini, tim redaksi lakukan konfirmasi kepada beberapa pihak.
Dimulai dari dari Bendahara DPD PDI Perjuangan Kaltim, Muhammad Samsun.
Kepada Samsun, pada Rabu (21/8/2024) malam, redaksi coba menanyakan soal apakah ada aturan partai atau AD-ART yang memberikan penjelasan jika keluarga satu rumah, diperbolehkan untuk maju berbeda partai di Pilkada yang sama, termasuk soal apakah jika dalam satu keluarga, boleh berbeda partai ataukah tidak.
Sebagaimana dikutip dari Jawapos.com dalam artikel berjudul "Aturan PDIP, Satu Keluarga Tidak Boleh Berbeda Partai" dijelaskan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristiyanto, mengenai aturan internal partai kepada publik. Yakni, dalam satu keluarga dilarang beda partai.
Kemudian, dijelaskan Samsun bahwa di PDIP, aturan beda partai, itu berlaku untuk proses pencalegan.
"Setahu saya, peraturan itu terkait pencalegan. Begitu. Terkait pencalegan ya tidak boleh beda partai," ucapnya.
"Peraturan caleg ya berlaku untuk caleg dong. Kalau Sahadi kan bukan anggota partai (PDIP)," katanya.
Soal jika nanti kedua kakak adik ini benar-benar maju, turut direspon Samsun, termasuk saat tim redaksi menyinggung soal kader PDIP, Yovania yang jika nantinya Sahadi (suami) benar-benar maju, bagaimana sikap PDI Perjuangan.
"Sebaiknya saling menguatkan. Kalau satu partai ya satu partai. Kalau tidak, ya pasti akan ada sikap partai. Apa sikap partainya, aku tak mau berandai-andai. Ini politik pak, seribu kemungkinan bisa terjadi," ucapnya.
"Logikanya kan kalau istri kah aku PDIP, ya istriku harus PDIP, awas memang kalau enggak PDIP, kan gitu ya?," ucapnya.
Lebih lanjut, dinamika politik di Pilkada Kubar ini, turut tim redaksi pertanyakan kepada pengamat politik Universitas Mulawarman, Budiman Choisiah.
Budiman menilai bahwa apa yang terjadi di Kubar saat ini, adalah hal biasa dari risiko demokrasi.
"Justru menurut saya, itulah dinamika demokrasi di Indonesia. Ketika setiap orang punya hak untuk dipilih dan memilih itu kan menjadi ruang pertaruangan. Ini kah sudah biasa terjadi. Malah di Jawa Tengah kan istri pertama dengan istri kedua berhadapan," ucapnya.
Berlanjut, Budiman sampaikan justru dengan adanya kemungkinan pasangan calon yang bersaudara ini, bisa menguntungkan pihak lawan.
"Ini menguntungkan pihak lawan, dari sisi saudara tadi. Ketika dua bersaudara berlawanan, maka otomatis rumpun keluarga akan terbelah pastinya. Sementara pihak lawan solid," ucapnya.
Soal kemungkinan politik dinasti antara dua kekuatan, Ismail Thomas dan FX Yapan, Budiman menyimpulkan tak demikian, dikarenakan masih ada calon ketiga, yakni Ahmad Syaiful dan Jainuddin yang diusung Golkar.
"Tak bisa dikatakan begitu juga karena ada calon ketiga. Seandainya cuma dua, kita bisa menyimpulkan begitu," ucapnya.
Perihal dukungan PDI Perjuangan yang kini sudah mengarah kepada Edwin, dikatakan Budiman belum jadi jaminan kader banteng di sana, akan full memberikan suara pada anak bungsu Ismail Thomas itu.
"Belum tentu, karena di Kubar itu, kader PDIP tak begitu bersatu, karena rivalitas Pak Thomas dan Pak Yapan dari dulu,"
"Ketika misalnya PakYapan jilid pertama, Pak Thomas kan memunculkan calon lain, ketika pemilihan kedua Pak Yapan, Pak Thomas memunculkan lagi calon lain. Artinya, dari sisi soliditas, kita lihat tak pernah solid. Meskipun dua periode terakhir, Pak Yapan menang," katanya.
Hal menarik lain yang dikatakan Budiman adalah soal masuknya Edmond ke kubu FX Yapan, yang bisa diartikan publik sebagai sebuah strategi.
"Dngan menempatkan Edmond berpasangan dengan Sahadi, jangan sampai ini justru bagian dari startegi Pak Thomas. Masuk di sana tapi diam saja," ujarnya.
Arti dari itu, yakni Edmond dimasukkan agar kubu Sahadi kalah, dan otomatis justru Edwinlah yang menang.
"Disuruh tiarap, ini kan bisa saja terjadi. Tak bisa kita pungkiri Pak Thomas ini adalah politisi senior. Konteksnya dikorbankan, untuk menutupi ruang gerak Pak Yapan. Itu kan bisa menimbulan kecurigaan publik sebenarnya, Jangan sampai yang satu ini disusupkan untuk membuka jalan bagi adiknya. Pak Thomas ini kan bukan politisi kemarin sore," ujarnya. (pra)
Didukung PKB (1kursi), PDIP (6 kursi), Gerindra (3 kursi), PAN (2 kursi), PKS (1 kursi) dan Demokrat (2 kursi)
Didukung Perindo (1 kursi), Hanura (2 kursi) dan Nasdem (2 kursi)
Didukung Golkar (5 kursi)