Feature

My Nature Diary, Lukisan Seni Perempuan Asal Kutai Yang Pameran Di Bali

Selasa, 14 September 2021 13:59

Sejumlah Lukisan Dipamerkan di Artotel, Sanur, Kota Denpasar. Lukisan itu merupakan karya perempuan muda kelahiran Kutai, Kalimantan Timur, Ratih Astria Dewi dengan karyanya diberi nama RAD ART

SAMARINDA, Arusbawah.co - Belasan pasang mata menatap lukisan yang bertengger di dinding hotel Artotel, Sanur, Kota Denpasar, Kamis 9 Desember 2021.

Di dinding itu berjejer 12 lukisan dengan bulatan warna-warni. Ada juga yang membuat tulisan diatas patung pahatan.

Patung dibuat seperti instalasi, disediakan khusus untuk orang-orang yang datang agar mengekspresikan apa yang ingin ditulis dipatung itu.

Semua karya tersebut merupakan ciptaan perempuan muda kelahiran Kutai, Kalimantan Timur, Ratih Astria Dewi, dengan karyanya diberi nama RAD ART.

Treya begitu orang mengenalnya, dalam karya seninya lebih banyak menyampaikan keberagaman kisah, perasaan, kegelisahan - kegelisahan serta pemikiran - pemikiran dari sudut pandang seniman yang kemudian ditumpahkan dalam bentuk karya seni, tanpa di batasi dengan material yang ada

"Semua full karya saya,"lirihnya.

Saat itu, di Hotel Artotel sedang menggelar pameran karya seni tunggal bertemakan My Nature Diary, berlangsung sedari tanggal 9 September 2021 sampai 12 Oktober 2021. Bekerjasama dengan perempuan 32 tahun itu.

Karyanya ini merupakan lanjutan, dengan tema yang sama pernah dia angkat tahun 2020 lalu. Namun dalam pemeran itu lebih ke prolog (pembukaan) untuk ke pameran selanjutnya.

"Saya membuat konsep seperti serial, sebenarnya ditahun ini ada dua project lagi, yang mana satu project akan berkaloborasi dengan penulis dari Bali,"paparnya.

Perempuan kelahiran 1 Juni 1989 ini memang aktif dalam kegiatan pameran visual art, performance art dan organisasi wanita di Solo, Treya adalah salah satu mahasiswi seni rupa murni (fine art) di salah satu Universitas Seni Negeri di Indonesia. Juga menjadi salah satu anak didik dari I Gusti Nengah Nurata.

Pada pameran di Artotel itu, dia juga menampilkan beberapa hasil karya seni berkaloborasi dalam short movie Ibu Ariyani, seniman (German-Bali) dan Sani (Bali).

"Film ini mengusung konsep berupa tiga episode,"paparnya.

Karekteristik Seni Dari Kejujuran

Ratih Astria Dewi Saat membuat Lukisan di hotel Artotel, Sanur, Kota Denpasar. (Foto: istimewa)

Treya cenderung bebas dalam berkarya, tidak ada pembatasan style yang harus dijadikan patokan. Market juga tak begitu jadi tujuan, tak ayal justru seniman akan kehilangan identitas demi mengejar market.

Baginya semua karya seni lebih ke reflektifitas, kerakter, uniqueness, pikiran, kegelisahan dan feeling. Dengan jujur dalam berkarya maka akan memunculkan karakteristik yang unik.

Semua hal tersebut terlihat dari dominasi warna, bentuk, tekstur dan karakteristik lain dalam karyanya.

"Ketika kita berkarya secara mandiri, itu semua akan tereksplor dan publik tentunya akan "welcome".

"Jangan pernah takut akan kehilangan market, tapi kembali lagi ke masing-masing personal,"terangnya lagi.

Berkarya Sembuhkan Satu Rasa

Lukisan Ratih Astria Dewi Saat bertengger di hotel Artotel, Sanur, Kota Denpasar. (Foto: istimewa)

Menumbuhkan karakter dengan ciri khas warna butuh waktu yang lama, lebih dari 10 tahun. Karena dalam seni lukis harus ada taste (rasa). Menceritakan sesuatu yang berhubungan dengan feeling dirinya selalu mengunakan warm tone.

Saat bad mood tiba, justru menjadi berkah bagi alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Solo itu.

"Berkarya seni merupakan feeling, menyembuhkan satu rasa yang ada di diri dan melengkapi diri saya sendiri,"

Lahir di Kaltim, tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi Ratih, ia pun memilki rencana untuk memamerkan hasil karya-karya seninya di Kaltim suatu saat nanti. Yang terpenting baginya adalah bagaimana hasil karya seni yang ia ciptakan mendapat apresiasi dari masyarakat.

(Tim redaksi arusbawah.co)

Tag

MORE