ARUSBAWAH.CO - Dua persoalan utama, yakni pencegahan pernikahan dini dan penurunan prevalensi angka stunting saat ini tengah digalakkan pihak Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutai Timur (Kutim).
Untuk itu, dihadirkan program "Advokasi Promosi dan Edukasi pada Remaja dan Anak Sekolah" atau APRESIASI.
Disampaikan Kepala Bidang Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga DPPKB Kutim, Ani Saidah, program ini bertujuan untuk memberikan edukasi dan penyuluhan kepada remaja, khususnya di sekolah-sekolah dan bagi mereka yang putus sekolah, tentang bahaya pernikahan dini dan dampaknya pada kesehatan generasi muda.
Ia sampaikan, dua hal ini adalah pekerjaa yang dilakukan bersamaan, mengingat ada ikatan antara penikahan dini dengan stunting yang terjadi.
Dalam beberapa kasus, pernikahan dini biasanya diikuti dengan terjadinya stunting pada anak.
"Untuk itu, kami lakukan penyuluhan langsung pada remaja," ujarnya.
"Harus dipahami bahwa pernikahan dini bukan hanya soal usia,
tetapi juga kesiapan mental, sosial, dan ekonomi yang berdampak pada kesehata generasi mendatang,” tambahnya.
Untuk detail program, dia sampaikan, akan melewati beberapa jangka waktu,
Dalam 60 hari pertama, fokus program adalah memberikan edukasi pranikah di dua kecamatan dan menggelar kompetisi video edukasi bagi Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R).
Kemudian, pada tahap menengah, program ini akan diperluas ke 18 kecamatan dalam satu tahun, disertai dengan monitoring dan evaluasi serta penghargaan bagi kader terbaik pada Hari Keluarga Nasional.
Terakhir, target jangka panjang program ini adalah menurunkan angka stunting di Kutim menjadi di bawah standar nasional 14 persen sebelum tahun 2026. (adv)