ARUSBAWAH.CO – Debat publik calon bupati dan wakil bupati Kutai Kartanegara memanas saat isu digitalisasi layanan publik menjadi bahan adu strategi.
Debat tersebut berlangsung di Gedung Bela Diri, Komplek Stadion Aji Imbut, Tenggarong, sebagai tindak lanjut dari putusan Mahkamah Konstitusi pada Rabu (9/4/2025).
Dalam sesi ketiga, para kandidat mendapat pertanyaan seputar percepatan digitalisasi pelayanan publik, atau dikenal dengan konsep e-government. Masing-masing pasangan diberikan kesempatan menyampaikan gagasan dan langkah konkret.
Calon bupati nomor urut 01, Aulia Rahman Basri, yang merupakan calon bupati pengganti Edi Damansyah, menekankan bahwa digitalisasi merupakan jawaban atas tantangan geografis Kukar yang sangat luas.
“Digitalisasi ini sangat dibutuhkan Bapak Ibu sekalian di Kukar. Kenapa? Karena daerah kita sangat luas,” ucap Aulia memulai pemaparannya.
Menurutnya, keberhasilan digitalisasi bergantung pada tiga elemen penting: nilai, dukungan, dan kapasitas dari pemerintah daerah.
“Nilai efisiensi, akuntabilitas, dan kesinambungan harus tertanam dalam digitalisasi. Ini penting agar tidak menjadi pedang bermata dua,” lanjutnya menjelaskan.
Aulia menekankan bahwa sistem digital tidak harus membuat masyarakat terpusat ke Tenggarong untuk mengakses layanan.
“Kita bisa menghadirkan help desk di setiap kecamatan. Layanan ini bersifat hybrid, tetap ada bantuan teknis bagi masyarakat,” ujarnya.
Jika sistem hybrid berhasil diterapkan, ia berjanji akan melanjutkannya ke sistem daring penuh, disertai program internet gratis desa.
“Insya Allah, dengan layanan online utuh dan internet gratis desa, masyarakat akan lebih sejahtera,” kata Aulia optimis.
Pasangannya, calon wakil bupati Rendi Solihin, turut menambahkan bahwa infrastruktur pelayanan publik juga menjadi fokus utama.
“Kami akan membangun mini mall pelayanan publik di 20 kecamatan. Semuanya berbasis digital dan langsung terhubung ke pusat data kabupaten,” terang Rendi.
Ia menekankan pentingnya peningkatan kualitas SDM aparatur sipil negara (ASN) di tingkat kecamatan sebagai ujung tombak pelayanan.
“Kami hadirkan program ASN Kukar Terbaik serta Internet Masuk Desa. Itu jadi bagian dari transformasi pelayanan,” sambungnya.
Sementara itu, calon bupati nomor urut 02, Awang Yacoub Luthman (AYL), menyoroti tantangan Kukar dari sisi kepadatan penduduk yang rendah di tiap kecamatan.
“Problem Kukar itu bukan cuma luas, tapi juga rendahnya rata-rata jumlah penduduk per kecamatan,” ucap AYL saat sesi tanya jawab.
Ia menawarkan pendekatan berbasis kecerdasan buatan (AI) demi efisiensi dan kecepatan pelayanan masyarakat.
“Kita akan bangun e-governor bernama Kukar 5.0, sebagai solusi transformasi kerja internal dan pelayanan publik yang modern,” paparnya.
AYL juga mencontohkan bagaimana teknologi bisa memangkas proses birokrasi, bahkan di saat-saat genting.
“Misalnya, ada warga meninggal dunia. Semua proses administrasi bisa selesai hanya dengan teknologi. Tak perlu datang ke kantor,” jelasnya.
Calon bupati nomor urut 03, Dendi Suryadi, menyampaikan bahwa transformasi digital tidak bisa dijalankan tanpa memastikan ketersediaan energi.
“Digitalisasi itu akan gagal kalau tidak ada listrik. Energi itu syarat mutlak. Kalau tidak tersedia, sulit kita wujudkan layanan online,” ujarnya.
Sementara calon wakilnya, Alif Turiadi, menilai bahwa pasangan lain belum menyampaikan solusi yang benar-benar menyentuh kebutuhan warga.
“Saya lihat belum ada yang konkret dari paslon 01. Kami akan bangun jaringan Wi-Fi di tiap RT se-Kutai Kartanegara,” tegas Alif.
Ia juga memaparkan program unggulan mereka, yakni platform digital layanan administrasi yang sudah mereka siapkan.
“Kami sudah siapkan aplikasi SAKTI. Satu akses untuk warga Kutai Kartanegara dalam pengurusan administrasi,” pungkasnya. (ri)