ARUSBAWAH.CO - Ratusan driver ojek online (ojol) yang tergabung dalam komunitas Bubuhan Driver Gojek Samarinda (Budgos) mengeluhkan kualitas bahan bakar minyak (BBM) di beberapa stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
Sebanyak 657 motor tercatat mengalami kerusakan setelah mengisi BBM di sejumlah SPBU di Kota Samarinda.
Dari jumlah itu, 519 motor telah diperbaiki secara mandiri, sementara 138 motor lainnya masih belum bisa diperbaiki karena faktor ekonomi.
Hal itu di ungkapkan langsung Ketua Umum Bubuhan Driver Gojek Samarinda dan Tenggarong (Budgos), Ifan Jaya Pratama, saat diwawancara redaksi Arusbawah.co pada, Rabu (9/4/2025).
Ia mengungkapkan keresahan ratusan anggotanya yang merasa menjadi korban akibat dugaan BBM oplosan.
Ifan mengatakan, sebagian besar anggotanya menggunakan BBM jenis Pertamax untuk kendaraan mereka, namun banyak motor yang mengalami kerusakan.
“Saya punya dua motor pribadi, istri saya juga dua. Semua pakai Pertamax. Tapi sekarang, dua-duanya bermasalah. Warna BBM-nya juga aneh,” katanya.
Ifan, yang sudah delapan tahun menjadi driver ojek online, mengatakan bahwa ia tahu persis perbedaan antara BBM yang normal dan tidak.
Data internal Bubuhan Driver mencatat, 657 kendaraan anggotanya mengalami gangguan, mulai dari brebet, mogok, hingga kerusakan pada fuel pump.
Dari jumlah tersebut, 519 kendaraan telah diperbaiki, namun sebagian besar masih rusak karena biaya perbaikan yang tidak terjangkau.
“Kami beli BBM dengan harga normal, tapi kualitasnya buruk. Setelah itu, kami harus bayar lagi untuk perbaikan. Dua kali rugi,” kata Ifan.
Ifan juga mengkritik respons pihak Pertamina yang dianggap tidak jelas soal aduan pelaporan.
Laporan yang diajukan ke call center 135 Pertamina hanya meminta struk pembelian, namun tetap mempersulit para driver.
“Kalau hasil uji lab menyatakan BBM-nya normal, berarti kami yang dianggap bohong? Lalu siapa yang akan ganti kerugian kami?” tanya Ifan.
Sementara itu, Erwin, seorang mekanik dan pemilik salah satu bengkel motor di daerah Sambutan, memperkuat dugaan kerusakan motor akibat BBM.
Sejak beberapa hari sebelum Lebaran, Erwin mendapatkan banyak motor yang brebet, hilang tenaga, atau mati mendadak.
Menurutnya, kerusakan itu sering terjadi pada motor berteknologi injeksi.
Setelah diperiksa, ia menemukan zat kental mirip jeli yang menyumbat filter bahan bakar, mengganggu aliran BBM.
“Saya temukan partikel seperti jeli kental di saringan bensin. Ini bukan air, dan setelah dicek, tidak ada kandungan air di tangki. Ini zat yang aneh, dan efeknya muncul bertahap,” jelas Erwin.
Erwin juga melakukan uji coba dengan memindahkan BBM dari motor rusak ke motor yang sehat, termasuk motor baru.
Hasilnya yang ia lihat, motor baru pun mengalami gejala yang sama.
“Ini bukti kuat. Motor baru juga bisa rusak. Jadi kalau ada yang bilang motor rusak duluan, saya bisa buktikan sebaliknya,” tegas Erwin.
Menurut Erwin, masalah itu sudah bukan sekadar keluhan pelanggan, tetapi sudah merambah ke kerusakan banyak pengendara.
Ia menyarankan masyarakat untuk sementara waktu tidak membeli BBM di Pom Mini yang banyak di warung pinggir jalan.
Melaikan ia menghimbau masyarakat untuk sementara waktu membeli BBM botolan agak lebih terlihat kualitasnya.
"Saya bukan orang lab, tapi pengalaman saya sebagai mekanik menunjukkan ini bukan kasus biasa. Terlalu banyak yang mengalami hal serupa dalam waktu yang dekat. Ini jelas bukan kebetulan, jadi bagusnya masyarakat untuk sementara beli bensin botolan saja," tutupnya.
