Advertorial

PACOCOP: Inovasi Teknologi Anak Kaltim untuk Atasi Krisis Air Bersih di Pulau Tihi-Tihi Kota Bontang

Rabu, 27 November 2024 7:57

PACOCOP Alat Pengubah Air Laut Siap Minum/ HO

ARUSBAWAH.CO - Krisis air bersih masih menjadi persoalan serius di berbagai daerah di Indonesia.

Menurut data UNICEF dan WHO tahun 2021 menempatkan Indonesia sebagai negara kelima dengan tingkat krisis air bersih tertinggi di dunia.

Di Pulau Tihi-Tihi, Kota Bontang, Kalimantan Timur, masyarakat harus berjuang untuk mendapatkan air bersih.

Mereka terpaksa membeli air 40 liter seharga Rp30.000, belum termasuk ongkos kirim, yang memakan waktu hingga 10 hari.

Melihat kondisi itu, Selaku Penggerak Swadaya Masyarakat (PSM) DPMPD Kaltim, Noor Agustina mengatakan pentingnya Teknologi Tepat Guna (TTG) untuk mengatasi krisis ini.

"Dengan kondisi geografis dan potensi alam yang dimiliki Indonesia, teknologi inovatif sangat dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih," ungkap Noor Agustina.

Salah satu inovasi tersebut hadir dari tim mahasiswa Universitas Mulawarman yang dipimpin oleh Filza Sigit Pratama.

Mereka memperkenalkan ARTSINUM (Air Laut Siap Minum), teknologi desalinasi berbasis PACOCOP (Parabolic Heat Concentration dan Controlled Photovoltaic).

Teknologi ini dirancang untuk memanfaatkan potensi energi matahari yang melimpah, sebesar 4,5 kWh/m²/hari, serta sumber air laut di Pulau Tihi-Tihi.

PACOCOP bekerja dengan menggabungkan teknologi parabolic heat concentrator dan controlled photovoltaic.

Parabolic heat concentrator memusatkan panas ke boiler yang berisi air laut, memanaskannya hingga menguap.

Uap tersebut kemudian dikondensasikan melalui kondensor menjadi air bersih.

Sistem ini juga menggunakan photovoltaic untuk menghasilkan listrik dari energi matahari, yang mendukung proses pemanasan elektrik.

PACOCOP adalah langkah awal menuju kemandirian air bersih masyarakat Pulau Tihi-Tihi,” jelas Filza Sigit dalam presentasinya.

Uji laboratorium menunjukkan bahwa air hasil distilasi dari PACOCOP memiliki pH 6, dengan konduktivitas listrik yang turun drastis dari 36 mS menjadi 400 µS, memenuhi standar air bersih yang ditetapkan Kementerian Kesehatan.

Selain itu, PACOCOP mampu memproduksi 1.300 ml air bersih dalam waktu tiga jam, dengan efisiensi sistem sebesar 28,3%.

Meski efisiensinya masih dapat ditingkatkan, alat ini telah memberikan dampak signifikan.

Penerapan PACOCOP diperkirakan mampu menghemat biaya hingga 14,31% dibandingkan metode konvensional pembelian air.

Investasi awal untuk alat ini memang cukup besar, tetapi penggunaannya akan mencapai payback period dalam 472 hari.

Filza menambahkan, timnya berencana mengembangkan PACOCOP lebih lanjut dengan teknologi MPPT (Maximum Power Point Tracking) dan solar tracker untuk meningkatkan efisiensi.

Mereka juga membuka peluang kerja sama dengan pemerintah daerah dan pihak swasta untuk implementasi lebih luas.

“Kami berharap dukungan penuh dari pemerintah dan masyarakat agar PACOCOP dapat menjadi solusi nyata bagi masyarakat Pulau Tihi-Tihi, serta menjadi model inovasi untuk daerah lain yang menghadapi krisis air bersih,” tutup Filza.

Dengan adanya inovasi ini, masyarakat Pulau Tihi-Tihi dapat berharap pada kemandirian dalam memenuhi kebutuhan air bersih, sekaligus mengurangi ketergantungan pada pasokan air dari luar pulau. (adv)

Tag

MORE