Arus Politik

Cerita Jumri Penyandang Tunanetra di Samarinda saat Lakukan Pencoblosan, Curhat soal Surat Suara Terlalu Besar 

Rabu, 4 September 2024 12:21

Potret santai Jumri saat bercerita pengalamannya mencoblos / Foto : Arusbawah.co

ARUSBAWAH.CO - Jumri, penyandang tunanetra di Samarinda berbagi kisah dan ceritanya ketika proses pencoblosan yang pernah dilakukannya di TPS (Tempat Pemungutan Suara).

Kisah dan cerita itu berdasarkan pengalaman Jumri saat dirinya ambil bagian dari proses pemilihan sebelumnya (Pileg dan Pilpres).

Jumri sampaikan, biasanya saat akan mencoblos, ada pendamping yang menemaninya.

Pendamping itu, bisa merupakan keluarga terdekat, atau pun tetangga.

"Biasanya bisa bersama istri, anak atau bareng tetangga saat saya berangkat berjalan kaki karena tidak jauh,” ujar Jumri yang juga merupakan Ketua Himpunan Tunanetra Samarinda, kepada redaksi Arusbawah.co, Rabu (4/9/2024).

Diceritakannya lagi, saat tiba di TPS, Jumri mengantar undangan dan mengisi data yang dibantu oleh Petugas KPPS ketika menunggu untuk masuk ke bilik suara.

"Saya dibantu saat pengisian data hingga menunggu antrian untuk dipanggil ke bilik suara sebelum mencoblos nyoblos," ujarnya.

Lalu, bagaimana dengan proses pencoblosan?

Dikatakan Jumri, saat dirinya di bilik TPS, sang pendamping akan ikut mendampinginya ke bilik TPS.

Pendamping itu akan mengarahkan dan memberitahu siapa-siapa saja nama di surat suara yang dipegangnya itu.

Tentu saja, dengan memberitahu, letak posisi calon di surat suara itu.

"Misalnya, nomor 1 siapa, nomor dua siapa, letaknya di mana, kanan atau kiri," katanya.

Dari pengarahan oleh sang pendamping itulah, Jumri kemudian mengarahkan paku coblosan ke arah calon yang akan dia pilih.

"Yang penting, coblosan saya tidak keluar dari kotak gambar calon yang saya pilih," katanya.

Kesulitan, dia ceritakan adalah ketika pemilihan legislatif.

Dikarenakan, di surat suara Pileg itu, surat suara sangat besar.

"Jadi kemarin, saya minta dicarikan namanya (nama calon legislatif) di surat suara ke pendamping untuk saya coblos," ucapnya.

Lalu, usai melipat surat suara tersebut, Jumri dibantu oleh istrinya untuk keluar dari bilik suara dan memasukkan surat suara itu ke kotak suara yang telah tersedia.

“Saya dibantu istri saya saat keluar dari bilik, lalu menuju kotak suara untuk memasukkan surat suara sesuai jenis suratnya lalu saya kembali ke rumah,” ujarnya.

Dengan kondisi itu, disampaikan Jumri bahwa sebenarnya penyandang tunanetra tak memiliki kesulitan berarti dalam proses pencoblosan.

Hal itu dikarenakan adanya sosok pendamping yang membantu dalam prosesnya.

Untuk itulah, dia berharap agar para penyandang tunanetra bisa menyalurkan hak suaranya di setiap proses pemilihan.

"Ya saya harap seperti itu," ucapnya. (dil)

Tag

MORE